TEMPO.CO, Jakarta - Libanon menerima surat perintah penangkapan (red notice) dari Interpol untuk mantan bos Nissan Carlos Ghosn yang melarikan diri dari Tokyo ke negara itu. Sementata itu, Turki memulai penyelidikan atas pelarian Ghosn dari Jepang melalui Istanbul.
Ghosn telah menjadi buronan internasional setelah ia mengungkapkan pada hari Selasa, 31 Desember 2019, bahwa ia telah melarikan diri ke Libanon untuk menghindari sistem peradilan di Jepang yang ia sebut "curang". Ghosn saat ini tengah menghadapi sejumlah dakwaan terkait dengan dugaan kejahatan keuangan.
Sumber yang dekat dengan Ghosn mengatakan penundaan sidang dan larangan komunikasi dengan istrinya memotivasi dia untuk melarikan diri. Tekad ini sudah ia rencanakan dalam beberapa bulan terakhir dengan jasa bantuan perusahaan keamanan swasta untuk membantunya keluar dari Jepang menggunakan jet pribadi.
Pemberitahuan red notice, yang menyerukan pihak berwenang untuk menangkap Carlos Ghosn, diterima oleh pasukan keamanan internal Libanon dan belum dirujuk ke pengadilan, kata sebuah sumber pengadilan Libanon kepada Reuters, 2 Januari 2020.
Seorang pejabat senior keamanan Libanon mengatakan belum jelas apakah Ghosn akan dipanggil untuk ditanyai atas surat perintah itu. Pejabat senior itu juga mengatakan bahwa Libanon tidak mengekstradisi warganya ke negara-negara asing.
Dalam kasus-kasus sebelumnya di mana Libanon telah menerima pemberitahuan red notice untuk warga negara Libanon yang tinggal di negara itu, para tersangka belum ada yang ditahan tetapi paspor mereka telah disita dan uang jaminan telah ditetapkan, kata sumber pengadilan.
Ghosn memegang kewarganegaraan Prancis, Libanon dan Brasil. Dia memiliki ikatan yang dalam dengan Libanon, negara masa kecilnya, di mana investasinya termasuk saham di bank, real estat, dan kebun anggur.
Sumber yang dekat dengan Ghosn mengatakan dia bertemu dengan Presiden Lebanon Michel Aoun tak lama setelah tiba di Beirut dan disambut dengan hangat, meskipun presiden menolak pertemuan seperti itu terjadi.
Berbicara kepada televisi MTV, menteri pertahanan sementara Elias Bou Saab mengatakan Libanon tidak memainkan peran apapun mengenai kaburnya Ghosn dari Jepang.
Polisi Turki pada hari Kamis, 2 Januari 2029, menahan tujuh orang, termasuk empat pilot, sebagai bagian dari penyelidikan atas perjalanan Ghosn ke negara itu, kata seorang jurubicara kepolisian setempat.
Juru bicara itu mengatakan para tahanan lainnya adalah dua staf lapangan bandara dan satu pekerja kargo, dan ketujuh orang itu diharapkan memberikan pernyataan di pengadilan pada hari Kamis, kemarin.
Data pelacakan penerbangan menunjukkan Ghosn menggunakan dua pesawat berbeda untuk terbang ke Istanbul dan kemudian ke Libanon.
Dalam komentar publiknya yang kedua sejak mendarat di Beirut, Carlos Ghosn mengatakan dalam sebuah bahwa keluarganya tidak memainkan peran apa pun dalam kepergiannya dari Jepang.
"Aku sendiri yang mengatur kepergianku," katanya.