TEMPO.CO, Jakarta - Sembari menanti kesiapan infrastruktur, Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) juga ingin fokus memberikan pemahaman kepada konsumen terkait kendaraan listrik. Peralihan ini dinilai akan mirip dengan kehadiran motor matik pada awal tahun 2000-an.
"Sama seperti saat motor matik pertama kali muncul. Image pertama kali itu kan, orang pada bilang wah susah ganti ban. Susah nyari ring 12 dan 13. Motor kok gak ada giginya, gimana kalau nanjak kuat atau enggak. Gitu-gitulah," ujar Manager Public Relation PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), Antonius Widiantoro, Senin, 4 Februari 2020.
Anton menegaskan bahwa pemahaman tentang kendaraan listrik sangat penting. Itu untuk mengubah kecendrungan atau kebiasaan orang yang relatif sudah nyaman dengan line up sepeda motor saat ini. Meski begitu, dia percaya kendaraan listrik adalah suatu keniscayaan.
"Suatu saat kita akan sampai ke tahap itu, tapi butuh waktu. Jadi tidak sekadar ikut tren. Kita harus belajar habit konsumen dan itu gak gampang,"ujarnya.
Kita harus tahu, kata Anton bagaimana kendala pengguna sepeda motor listrik. Apasaja dan bagaimana mengatasinya. "Kalau mereka pakai terus bermasalah, itu bisa jadi bumerang,"ucapnya.
Hanya saja, dia juga menegaskab bahwa Yamaha sejatinya sudah siap dengan teknologi kendaraan listrik. Seperti halnya Yamaha E-Fino yang diluncurkan beberapa tahun lalu dan kini masih dipelajari di sejumlah universitas sebagai bagian dari proses pengembangan.
"Kalau bicara teknologi kita sudah siap. Tinggal tunggu waktu. Soal E-Fino, kita masih study lah untuk persiapan memasuki itu, banyak hal yang harus dipertimbangkan,"ujarnya.
Adapu pertimbangan yang dimaksud oleh Anton tak lain adalah persoalan infrastruktur, seperti SPKLU dan lokasi-lokasinya. Selain itu, aturan turunan atau peraruran yang lebih detail terkait sepeda motor listrik. Termasuk juga soal pengunaan jenis baterai dan sebagainya.