TEMPO.CO, Jakarta - Wakil menteri kehakiman Jepang melakukan perjalanan ke Libanon akhir pekan ini untuk melobi pemerintah setempat agar mantan bos Nissan, Carlos Ghosn, bisa diadili di Jepang.
Hiroyuki Yoshiie akan meninggalkan Tokyo pada Sabtu, 29 Februari 2020, dan bertemu dengan Menteri Kehakiman Libanon Marie Claude Najm pada Senin, 2 Maret 2020, kata kementerian kehakiman Jepang seperti diwartakan Reuters, Jumat, 28 Februari 2020.
Mantan pemimpin aliansi Renault-Nissan membuat geger setelah melarikan diri dari Jepang ke Libanon. Ghosn menghadapi pengadilan Tokyo atas dugaan kejahatan keuangan termasuk penyalahgunaan dana Nissan untuk keuntungan pribadi. Dia menyangkal tuduhan itu.
Ghosn mengatakan dia melarikan diri ke rumah masa kecilnya di Libanon untuk membersihkan namanya. Libanon tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Jepang.
Ghosn kelahiran Brasil, yang juga memegang kewarganegaraan Libanon dan Prancis, kembali ke mencuit di Twitter pada Kamis malam, 27 Februari 2020, untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan, meminta tanda tangan untuk petisi pembebasan sesama mantan eksekutif Nissan Greg Kelly, yang ditangkap di waktu yang sama.
"Ini adalah harapan Nissan bahwa Ghosn akan kembali ke Jepang sehingga semua fakta dapat ditetapkan dengan benar di bawah sistem peradilan Jepang," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, Jumat, 28 Februari 2020.
Produsen mobil nomor dua di Jepang, Nissan, mengajukan gugatan perdata terhadap Carlos Ghosn awal bulan ini untuk mencari ganti rugi 10 miliar yen (setara Rp 1,3 triliun).