TEMPO.CO, Jakarta - Angin ban kendaraan umumnya ada dua jenis, yakni angin biasa dan nitrogen atau gas udara murni. Angin nitrogen disebut punya keunggulan dibanding angin biasa. Bahkan diklaim dapat membuat konsumsi bahan bakar lebih irit, bagaimana penjelasannya?
Manager Trainer PT Sumi Rubber Indonesia (Dunlop), Bambang Hermanu Adi, menjelaskan bahwa angin nitrogen memiliki molekul yang besar, sehingga sulit menembus pori-pori karet. Kemudian, kandungan oksigennya kecil hanya 2 persen, sehingga potensi untuk menembus karet juga kecil.
"Oksigen itu molekulnya kecil bisa tembus ke karet dan bikin bocor (halus)," kata dia.
Semantara itu, ban yang diisi angin atau udara biasa lewat kompresor memiliki unsur oksigen sekitar 20 persen. Sehingga potensi kebocoran juga 20 persen.
"Kalau nitrogen tingkat kebocorannya 2 persen, karena kandungan oksigennya juga segitu," ujarnya.
Bambang menambahkan bahwa nitrogen juga memiliki unsur 'muai ruang' yang lebih kecil dibanding angin biasa. Sehingga dalam kondisi suhu panas, kenaikan temperaturnya kecil.
"Kalau kenaikan suhunya kecil, tekanan (volume) ban juga tidak naik. Jadi ban bisa tetap ringan dan dingin," tutur dia.
Nah, dari situ ada kesimpulan bahwa penggunaan angin nitrogen bisa membuat konsumsi bahan bakar lebih irit. Asumsinya, putaran ban menjadi ringan sehingga tenaga dari mesin lebih enteng. Bambang tak menampik hal tersebut.
"Mungkin saja, tapi belum ada penelitan mendalam soal itu," kata dia.
Bambang hanya merekomendasikan bahwa keistimewaan lainnya dari nitrogen adalah tahan panas. Sekalipun kendaraan dipacu dalam kecepatan sangat tinggi, suhunya tetap dingin. "Makanya ban pesawat, MotoGP, dan F1 pakai itu juga," ujarnya.
Angin nitrogen sendiri, mudah didapat dari bengkel atau di SPBU yang menyediakan. Harganya bervariasi, tapi umumnya dipatok mulai Rp 10 ribu per ban atau Rp 5 ribu per ban jika hanya menambah angin nitrogen. Ya, tentu lebih mahal dari angin biasa yang kadang-kadang dibayar seikhlasnya.