TEMPO.CO, Jakarta - Mobil sport memiliki karakter yang relatif beda dengan mobil biasa. Di luar faktor kegagalan teknis, ada banyak hal yang sebaiknya dipahami oleh pengemudi. Terlebih jika mobil bertenaga besar itu digunakan di jalan umum atau bukan di sirkuit. Hal tersebut seperti yang dialami Wakil Jaksa Agung Arminsyah yang harus bertaruh nyawa.
"Yang pasti tetap harus 'treat them with respect', terlebih di jalan umum, karena faktor tak terduganya lebih banyak. Bagaimana kita di jalan, juga tergantung pada pengguna jalan lainnya dan kondisi jalan itu sendiri," ujar BMW Driving Instructor, Gerry Nasution saat dihubungi Tempo, Selasa, 7 April 2020.
Tidak hanya pada mobil sport, kata Gerry, menurutnya setiap mengendarai kendaraan baru pengemudi sangat perlu memahami karakter kendaraannya. Ini berlaku umum, baik pengemudi profesional maupun pemula.
"Mau itu pemula atau yang berpengalaman, tetap haru pelajari dulu karakter mobilnya. Seberapa besar tenaganya, bagaimana sensitif respons setirnya, sensitif rem-nya, dan di mana saja tombol-tombol kendali kendaraannya,"ujar pria yang juga dikenal sebagai pembalap dari tim BMW Astra di beberapa kejuaraan nasional tersebut.
Selain itu, posisi duduk yang benar juga sangat penting diterapkan. Tak bisa dianggap sepele, karena tak sedikit orang yang masih miss-judgment atau salah kaprah. Terlebih pada mobil sport yang disebut memiliki sistem pengendalian yang berbeda dari mobil biasa pada umumnya.
"Kalau posisi duduknya salah, kemampuan mengendalikan kendaraan pasti akan berkurang, sementara untuk mengendalikan mobil sport (tenaga besar), respons pengemudi sangat penting,"ujarnya.
Kemudian yang tak kalah pentingnya adalah, jangan pernah mengabaikan batas kecepatan. Berkendaralah kata Gerry, dengan kecepatan yang masih dalam batas toleransi adrenalin. Sebab, terkadang orang suka terbuai dengan tenaga dari mobil hingga lupa mengendalikan gas.
"Di sisi lain mungkin kita sudah melewati batas toleransi adrenalin. Di mana detak jantung mulai naik dan tingkat stress mulai tinggi. Ini menyebabkan kemampuan refleks dan respons pengemudi berkurang,"ujarnya.
Gerry menambahkan bahwa karakter mobil sport memang diciptakan untuk pemakaian yang lebih agresif. Pengemudi dituntut punya kemampuan yang mumpuni. Sebab, respons mesin yang lebih cepat, respon setir yang lebih agresif, dan respon rem yang juga cepat.
Selain itu, mobil sport juga biasanya ditunjang dengan aktif restrain system yang juga advance. Sehingga dapat mengantisipasi dan melakukan pencegahan terhadap kemungkinan hilangnya kendali dengan lebih baik. Tetapi di luar faktor kerusakan teknis, mobil sport canggih jika berada di tangan yang salah, bisa saja tidak berfungsi maksimal.
"Mobil sport bisa menjadi alat pembunuh yang lebih berbahaya dibandingkan dengan mobil biasa,"ujarnya.