TEMPO.CO, Jakarta - General Motors ikut berperan dalam menghadapi pandemi Coronavirus dengan membuat ventilator. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) menyatakan GM akan memproduksi 30.000 ventilator hingga akhir Agustus, dengan 6.132 dijadwalkan tiba pada tanggal 1 Juni. Pemerintah AS sedang membuat rancangan undang-undang untuk ventilator dengan biaya sebesar US$ 489,4 juta.
Rincian kontrak ini adalah yang pertama diumumkan sebagai kelanjutan dari Undang-Undang Produksi Pertahanan. Presiden Trump melakukan tindakan tersebut untuk pertama kalinya pada 27 Maret, memerintahkan GM untuk memproduksi ventilator. Namun, GM sudah mulai memproduksi ventilator, mengumumkan niatnya untuk bekerja dengan pemasok peralatan medis Ventec pada 23 Maret.
Ada perbedaan penting antara pengumuman GM dan informasi dari HHS. Rencana awal adalah untuk memproduksi 200.000 ventilator, menggunakan fasilitas manufaktur elektroniknya di Kokomo, Indiana sebagai basis operasi. Jumlah sebenarnya jelas jauh lebih sedikit dari yang direncanakan tetapi tidak ada alasan yang ditawarkan. Perusahaan lain telah meningkatkan produksi ventilator sejak pengumuman awal GM, yang dapat menjelaskan perubahan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, GM mengatakan "bekerja dengan urgensi untuk mempersenjatai profesional medis garis depan dengan ventilator perawatan kritis yang mereka butuhkan untuk merawat pasien yang sakit parah."
Mungkin biaya juga menjadi masalah. US$ 489,4 juta jauh lebih sedikit daripada bandeol harga $ 1 miliar yang dilaporkan minggu lalu oleh The New York Times. Selama konferensi pers Trump pada tanggal 27 Maret, ia menyuarakan ketidaksenangan dengan GM tentang beberapa masalah dan langsung mengatakan diskusi dengan GM untuk membahas ulang soal biaya.
Sebanyak 30.000 ventilator dengan biaya US$ 489,4 juta sekitar Rp 7,9 triliun turun menjadi US$ 16.313 atau sekitar Rp 264 juta per unit.
MOTOR1