TEMPO.CO, Beijing - Renault gagal bersaing di pasar mobil Cina yang berakhir dengan keputusan untuk menarik diri dari usaha patungan lokal utamanya dengan Dongfeng Motor Group. Renault mengatakan pada Selasa 14 April 2020, akan menjual 50 persen sahamnya dalam usaha patungan ke Dongfeng Motor Group.
Renault menjadi pembuat mobil global kedua yang keluar dari pasar Cina dalam beberapa tahun terakhir setelah Suzuki pada tahun 2018. Dongfeng Renault, bisnis mobil penumpang utama perusahaan Prancis di pasar kendaraan terbesar di dunia, hanya menjual 18.607 unit mobil selama 2019 dan melaporkan telah mengucurkan dana 1,5 miliar yuan. Itu jauh di bawah kapasitas tahunan 110.000 kendaraan.
Sebagai hasil dari transaksi, Dongfeng berencana untuk memperbaiki dan meningkatkan pabrik mobil yang ada di ventura. Menurut Reuters, yang mengutip juru bicara pembuat mobil Cina, pabrik tidak akan lagi membuat mobil bermerek Renault. Sampai sekarang, JV telah membangun Kadjar, Koleos, Captur dan City K-ZE - yang kemudian menjadi mobil listrik.
Meski begitu, Renault tak akan pergi dari pasar mobil Cina. Perusahaan mengatakan akan tetap hadir di Cina dengan usaha lain, bisnis kendaraan komersial ringan dengan Brilliance China Automotive Holdings dan usaha kendaraan listrik dengan Jiangling Motors Corporation Group. Kendaraan komersial JV berencana untuk meluncurkan lima model baru sebelum 2023 dan bertujuan untuk mengekspor ke pasar lain.
Meskipun Renault keluar dari perusahaan patungannya dengan Dongfeng, kedua perusahaan mengatakan mereka akan terus bekerja sama pada kendaraan yang terhubung dan bekerja sama dengan mitra Nissan pada mesin generasi baru.
“Kami membuka babak baru di Tiongkok. Kami akan berkonsentrasi pada kendaraan listrik dan kendaraan komersial ringan, dua pendorong utama untuk mobilitas bersih di masa depan dan lebih efisien memanfaatkan hubungan kami dengan Nissan,” kata Francois Provost, ketua wilayah Cina untuk Renault.
CARSCOOPS