TEMPO.CO, Jakarta - Subaru Corp membukukan kenaikan laba tahunan 15,7 persen per Maret 2020. Labanya naik menjadi 210,3 miliar yen atau sekitar Rp 29,1 triliun lebih.
Namun mereka mulai mempersiapkan diri menghadapi hantaman virus corona baru (Covid-19) yang diprediksi akan membuat angka penjualan industri otomotif anjlok.
"Kami melihat, virus corona tidak terlalu berdampak pada hasil laba tahunan. Tapi kami percaya, banyak ketidakpastian terkait dengan virus corona ke depannya," kata Chief Executive Tomomi Nakamura seperti dikutip dari Reuters, Senin, 18 Mei 2020.
Beberapa analis percaya bahwa penjualan mobil global di seluruh industri dapat merosot sepertiga pada tahun ini. Proses pemulihan juga diprediksi lambat. Alasannya, banyak orang kehilangan pekerjaan yang membuat pendapatannya berkurang.
Subaru yang memperoleh dua pertiga dari penjualan kendaraannya dari Amerika Serikat, mengakui bahwa mereka mungkin akan terpukul dalam beberapa bulan mendatang. Terlebih karena Amerika Serikat menjadi salah satu negara dengan jumlah korban pandemi Covid-19 terbanyak.
Adapun proses memulai kembali pabrik Amerika Serikat akan memakan waktu. Subaru sendiri tak berharap banyak. Bagi mereka memproduksi sekitar 5.000 unit bulan ini sudah realistis.