TEMPO.CO, Paris - Produsen mobil Prancis, Renault, dikabarkan akan melakukan pengurangan 15.000 pekerja (Pemutusan Hubungan Kerja/PHK) secara global menyusul recana peningkatan profitabilitas dan mengatasi lesunya penjualan.
Rencana PHK ini mengutip laporan Reuters berdasarkan keterangan seorang perwakilan serikat pekerja (CFDT) usai menghadiri pertemuan dengan perusahaan, Kamis, 28 Mei 2020, waktu setempat.
Sekitar 4.500 PHK di antaranya akan dilakukan di Prancis, dengan sebagian besar melalui rencana pengajuan diri secara sukarela dan skema pensiun, Franck Daout CFDT mengatakan kepada Reuters.
PHK tersebut hanya di bawah 10 persen dari total 180.000 tenaga kerja global Renault. Perusahaan ini memiliki sekitar 48.500 staf di Prancis.
"Mereka bersikeras bahwa semuanya akan dinegosiasikan," kata Daout, seraya menambahkan bahwa serikat pekerja dan badan-badan negara akan terlibat dalam pembicaraan mengenai potensi kehilangan pekerjaan di Prancis
Renault menolak berkomentar. Dewan produsen mobil menandatangani rencana untuk meluncurkan program penghematan biaya pada hari Kamis, kata seorang sumber yang akrab dengan masalah tersebut.
Renault, yang 15 persen sahamnya dimiliki oleh pemerintah, awal tahun ini telah menandai rencana untuk memotong 2 miliar euro biaya setelah membukukan kerugian pertama dalam satu dekade tahun lalu.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa pabriknya, termasuk di Prancis, meskipun penutupannya bisa sensitif secara politik.
Pemerintah Prancis telah mengatakan tidak akan menandatangani pinjaman negara 5 miliar euro yang direncanakan untuk Renault - tindakan bantuan yang terkait dengan pandemi virus coron baru (Covid-19) - sampai manajemen dan serikat pekerja menyelesaikan pembicaraan mengenai tenaga kerja dan pabrik pembuat mobil itu di Prancis.
Krisis virus corona telah memperparah masalah perusahaan, menekankan permintaan yang sudah mengganggu penjualan.
Rencana Renault untuk berinvestasi dan memperluas operasi di Maroko dan Rumania kemungkinan akan dibekukan, surat kabar Les Echos melaporkan pada hari Kamis, sementara kapasitas produksinya di seluruh dunia dipangkas dari 4 juta unit menjadi 3,3 juta unit.
Restrukturisasi ini mengikuti pengurangan oleh mitra Jepang, Nissan, yang menutup beberapa pabrik dan berencana untuk menjadi lebih kecil dan lebih efisien.