TEMPO.CO, Tokyo - Honda Motor Co, Rabu, 5 Juli 2020, memperkirakan laba operasi tahunan mengalami penurunan 68 persen karena permintaan kendaraan global lesu yang dipicu pandemi virus corona baru (Covid-19). Ini adalah rekor terendah Honda dalam 10 tahun terakhir.
Produsen mobil nomor 3 di Jepang itu memperkirakan laba akan merosot menjadi 200 miliar yen (setara Rp 27,56 triliun, kurs saat ini 1 yen = Rp 137) sepanjang tahun fiskal ini yang berakhir pada Maret 2021. Ini adalah catatan terlemah sejak tahun 2010/11.
Honda memperkirakan penurunan penjualan tahunan sebesar 6 persen setelah sebelumnya anjlok 40 persen pada kuartal Juni, yang mengakibatkan kerugian operasional sebesar 113,7 miliar yen (Rp 15,67 triliun).
Honda menargetkan penjualan sebanyak 4,5 juta kendaraan tahun ini. Target ini lebih rendah dibanding tahun lalu sebesar 4,79 juta unit. Honda memperkirakan penurunan penjualan sebesar 16 persen di pasar Amerika Utara, pasar utama di Amerika Serikat yang tengah mengendalikan lonjakan infeksi virus.
"Jika situasi saat ini terus berlanjut, kami pikir situasinya tidak akan menjadi lebih buruk (daripada yang kita lihat awal tahun ini), tetapi permintaan akan membutuhkan waktu untuk pulih ke tingkat sebelum pandemi Covid-19," kata Wakil Presiden Eksekutif Seiji Kuraishi seperti dilaporkan Reuters.
Meski demikian, Honda juga berharap penjualan tahunan di Asia meningkat 8 persen. Cina, salah satu pasar terbesar Honda, telah menjadi titik terang bagi banyak produsen mobil global, karena permintaan di pasar mobil terbesar di dunia itu telah pulih lebih cepat daripada di negara lain.
Penjualan mobil Honda terpuruk di kuartal kedua berturut-turut dan membukukan kerugian operasi terburuk sejak kuartal Maret 2009.
Meskipun demikian, Honda mengalami nasib lebih baik dibanding pesaing seperti Nissan Motor Co, Mitsubishi Motor Corp dan Mazda Motor Corp, yang pekan lalu memperkirakan rekor kerugian operasi untuk tahun fiskal 2021.