TEMPO.CO, Beijing - Kepala eksekutif Nissan Motor, Makoto Uchida, mengatakan bahwa perusahaan akan meluncurkan sejumlah model baru untuk pasar Cina yang sedang berkembang selama lima tahun ke depan, Reuters, Sabtu, 26 September 2020. Dia menyebut model baru itu termasuk mobil listrik.
“Pemulihan di pasar Cina sangat luar biasa, dan segmen utama kami telah kembali ke level tahun sebelumnya, jika tidak sedikit lebih baik,” kata CEO Makoto Uchida pada konferensi pers di pameran otomotif Beijing melalui tautan video dari Jepang. "Saya perkirakan rebound ini akan berlanjut, tapi kita perlu waspada," ujar dia.
Uchida dan bos Nissan Cina, Shohei Yamazaki, mengatakan perusahaan akan meluncurkan sembilan mobil listrik baru dan dirancang ulang di pasar mobil terbesar dunia pada tahun 2025, termasuk model plug-in electric vehicle (PHEV) dan mobil listrik hybrid yang mengisi daya dengan mesin bensin.
Pernyataan Uchida muncul saat investor menyatakan keprihatinannya tentang produsen mobil terbesar kedua di Jepang, yang telah memperingatkan kerugian US$ 4,5 miliar atau setara Rp 67,2 triliun (kurs saat ini US$ 1 = Rp 14.938) tahun ini karena pandemi virus corona baru (Covid-19).
Pertumbuhan di Cina adalah bagian penting dari upaya Nissan untuk pulih dari keterpurukan saat ini. Cina menjadi satu dari tiga negara yang akan difokuskan Nissan dalam menjual mobilnya selain Jepang dan Amerika Serikat.
Nissan telah berjanji untuk memotong 300 miliar yen (US$ 2,84 miliar) dari biaya tetap tahunan dan fokus pada ketiga negara tersebut.
Namun, sementara pasar otomotif Cina terus pulih dengan kuat, bisnis Nissan bulan lalu menyusut 2,4 persen setelah menunjukkan pertumbuhan moderat setiap bulan sejak April.
Kontraksi penjualan itu sangat kontras dengan saingan Nissan sesama dari Jepang, Toyota dan Honda, keduanya mengalami pertumbuhan penjualan yang cepat sejak efek pandemi mulai mereda di Cina selama musim panas.
Di bulan Agustus, penjualan kendaraan Toyota di Cina naik 27,2 persen dari tahun lalu, sementara Honda tumbuh 19,7 persen.
Untuk meningkatkan keuangannya, Nissan bulan ini mengatakan berencana untuk menerbitkan obligasi berdenominasi dolar sebesar US$ 8 miliar dan sedang mempertimbangkan utang dalam mata uang euro.
“Penjualan obligasi adalah penerbitan dalam denominasi dolar pertama sejak kerja sama dengan Renault SA pada 1999,” kata perwakilan Nissan.
Seorang juru bicara Nissan mengatakan sebagian dari uang itu akan digunakan untuk membayar utang lainnya.
“Meski Nissan terus memiliki tingkat likuiditas yang cukup, kami berupaya memperkuat posisi likuiditas kami untuk memastikan kelancaran implementasi rencana transformasi bisnis perusahaan,” ujarnya.