TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia membahas usulan penghapusan pajak mobil baru atau pajak mobil menjadi 0 persen.
Kalau pajak mobil jadi 0 persen, harga mobil bakal jauh lebih murah dan diharapkan menumbuhkan industri otomotif selama pandemi Covid-19.
Di Amerika Serikat, mobil murah juga tersedia lewat program subsidi. Sebuah penelitian terbaru dari Cornell University mengungkap dampak positif dari subsidi mobil tersebut.
Dalam penelitian Cornell University yang diterbitkan di Journal of Planning Education and Research, ditemukan bahwa program subsidi mobil di AS sangat membantu keluarga berpenghasilan rendah.
Itu artinya dampak positifnya meliputi aspek ekonomi dan sosial.
Para peneliti mewawancarai 30 orang penerima subsidi mobil lewat Vehicles for Change (VFC). LSM ini mensubsidi pembelian lebih dari 6.000 mobil di Maryland dan Virginia sejak 1999.
Selain VFC, banyak program serupa di AS.
"Banyak kemungkinan yang bisa terwujud bagi orang yang aktif bepergian," kata seorang responden wanita kepada peneliti Nicholas Klein, asisten professor di College of Architecture, Art and Plannig, seperti dikutip situs Cornell University pada Kamis lalu, 1 Oktober 2020.
Responden ini tinggal di Maryland. Dia bercerita bahwa sebelum menerima subsidi, ia harus berganti-ganti angkutan umum.
Aktivitas yang sama juga dilakukan ketika musim dingin yang tidak menyenangkan. Namun setelah membeli mobil subsidi, dia bisa pindah rumah ke daerah pinggiran, mengirim anaknya ke sekolah yang lebih bagus, dan mengurangi biaya berobat.
Responden lainnya mengungkapkan memiliki mobil memudahkan banyak hal dalam hidup. Mulai dari mendapat pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, lebih sering menghabiskan waktu bersama keluarga, memudahkan ke rumah sakit, memungkinkan anak mengikuti ekstrakulikuler, hingga berbelanja dengan lebih efisien.
"Bagi banyak keluarga, program subsidi mobil ini mengubah hidup mereka. Mereka bisa menaiki tangga status ekonomi, mengakses banyak program sosial, dan intinya memudahkan hidup mereka," ucap Klein.
Para pengamat transportasi dan peneliti selalu berdebat soal program subsidi mobil selama bertahun-tahun. Banyak yang mengritik program ini akan menambah kerusakan lingkungan, menimbulkan kemacetan, dan menambah pengeluaran para pemilik mobil subsidi.
"Yang saya lihat, banyak keluarga berpenghasilan rendah bakal mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli mobil bekas yang tak bisa diandalkan. Mobil-mobil itu mungkin memang akan menimbulkan polusi," kata Klein.
Menurut Klein, hasil penelitiannya tak bisa memutuskan apakah program ini baik secara keseluruhan atau tidak. Namun ia berhasil mengungkap pengalaman masyarakat bersama mobil.
Sebagian besar penerima subsidi sebenarnya pernah memiliki mobil. Mereka berencana membeli mobil lagi tapi hanya mampu membeli mobil bekas yang kurang baik.
Lewat program subsidi, mereka tak perlu membeli mobil bekas yang jelek. Mereka bisa membeli mobil bekas subsidi yang murah seharga di bawah 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 14,9 juta.
Mobil-mobil subsidi ini sudah diperiksa secara menyeluruh oleh para ahli yang juga mantan narapidana.
Klein meminta para pembuat kebijakan untuk berpikir tak hanya keuntungan memiliki mobil subsidi. Tapi juga kerugian jika keluarga berpenghasilan rendah tak memiliki mobil. Dia juga mengusulka program subsidi ini perlu diterapkan secara menyeluruh, bahkan dilengkapi dengan subsidi servis dan dan penggantian mobil yang ramah lingkungan.