TEMPO.CO, Jakarta - Jutaan mobil bisa direcall gara-gara sabuk pengamat atau seat belt Takata, merek Jepang yang bertangungjawab atas penarikan puluhan juta mobil akibat airbag bermasalah.
Ratusan orang cedera dan puluhan lainnya mati akibat airbag Takata.
Joyson Safety Systems, pemasok otomotif dari Cina yang mengambil alih sisa-sisa Takata setelah bangkrut pada 2017, memeriksa lebih dari 20 tahun data pengujian untuk menemukan ketidakakuratan seat belt. Joyson juga menjumpai fakta bahwa data telah diubah dengan sengaja.
Regulator Jepang telah memulai penyelidikan dan menyarankan produsen mobil agar mempersiapkan penarikan kembali mobil-mobil yang menggunakan seat belt Takata.
Sebelum bangkrut pada 2017, Takata telah menyediakan seat belt untuk 40 persen dari seluruh produksi mobil dii Jepang dan 30 persen mobil di dunia.
Seperti dilansir NBC News pada medio bulan ini, Takata pernah menjadi salah satu pemasok utama sistem keselamatan otomotif dunia.
Kejatuhan perusahaan dimulai pada 2014, ketika terungkap bahwa inflator airbag atau kantung udara produk Takata tidak berfungsi seiring bertambahnya usia.
Perangkat yang digunakan mengisi airbag bisa meledak dengan kekuatan yang tidak biasa, menghamburkan pecahan plastik dan logam ke kabin mobil.
Kemudian terungkap bahwa manajer senior Takata mengetahui masalah tersebut tapi menutupinya. Cacat itu menjadi penyebab ratusan orang cedera di seluruh dunia.
Pada awal bulan ini, Honda melaporkan kematian ke-17 di AS akibat airbag Takata.
Produsen mobil terus memperbaiki jutaan kendaraan yang dilengkapi kantung udara Takata yang rusak. Di AS saja, sudah sekitar 70 juta inflator airbag yang diketahui rusak.
Menurut laporan industri, 6 juta mobil dengan airbag Takata belum diperbaiki, meskipun beberapa sudah dibatalkan.
NBC NEWS