TEMPO.CO, Tokyo - Toyota Motor Corp menggandakan perkiraan laba operasi setahun penuh (tahun fiskal hingga Maret 2021) pada hari Jumat, 6 November 2020. Peningkatan perkiraan laba operasional ini didorong oleh pulihnya penjualan mobil di Cina setelah pandemi virus corona baru (Covid-19) mewabah sejak awal tahun ini. Cina merupakan pasar mobil terbesar di dunia sekaligus pasar terbesar Toyota.
Produsen mobil terbesar di Jepang itu mengharapkan laba operasi sebesar 1,3 triliun yen atau setara Rp 178,7 triliun (kurs saat ini 1 yen = Rp 137) untuk tahun ini hingga Maret 2021. Angka ini naik dari 500 miliar yen yang diperkirakan sebelumnya.
Keuntungan operasional untuk tahun keuangan sebelumnya adalah 2,47 triliun yen. Itu melampaui perkiraan rata-rata 1,25 triliun yen untuk laba setahun penuh dari 26 analis yang disurvei oleh Refinitiv. Untuk kuartal kedua, dari Juli hingga September, laba operasi turun menjadi 506 miliar yen dari 662,4 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, menurut perhitungan Reuters, karena penjualan merosot di tengah dampak virus corona secara global.
Namun, angka tersebut sudah menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan April-Juni, kata Direktur Keuangan Kenta Kon.
"Jika Anda membandingkan kuartal kedua dengan kuartal pertama, Anda dapat melihat pemulihan yang dramatis," kata Kon, berbicara selama konferensi pers online seperti diwartakan Reuters, Jumat, 6 November 2020.
Reaksi dari investor diredam, dengan kenaikan saham hanya 0,5 persen menjelang penutupan perdagangan di Tokyo, sedangkan indeks acuan Nikkei naik 0,9 persen.
"Investor melihat bagaimana nasib Toyota di luar negeri dan mengingat apresiasi yen (versus dolar) dan kebangkitan virus corona, kami harus mempertimbangkan revisi (perkiraan keuntungan) dengan hati-hati," kata Kazuo Kamiya, manajer dana di Nomura Securities .
Yen yang kuat mengurangi nilai penjualan yang dipesan di Amerika Serikat. Toyota saat ini berharap dapat menjual 9,42 juta mobil tahun ini - naik 3,5 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 9,1 juta tahun ini, tetapi angka itu masih jauh di bawah penjualan tahun lalu sebesar 10,46 juta.
Meski masih lebih rendah dari tahun lalu, permintaan telah bangkit kembali, terutama di Cina. Toyota dan saingannya menggantungkan harapan pemulihan untuk memenangkan bisnis di sana karena Cina pulih dari wabah Covid-19 lebih cepat daripada negara lain.
Secara keseluruhan penjualan kendaraan di Cina pada bulan September meningkat 12,8 persen, kenaikan bulanan keenam berturut-turut. Meski demikian, angka tersebut masih 6,9 persen lebih rendah dari waktu yang sama tahun sebelumnya.
Toyota telah melihat permintaan di Cina meningkat untuk mobil listrik dan merek mewah Lexus. Seorang eksekutif senior Toyota di Cina mengatakan pada bulan September bahwa penjualan global tahunan kendaraan listrik dapat mencapai 5,5 juta pada tahun 2025, lima tahun lebih awal dari yang direncanakan semula.