TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah tengah menggenjot pengembangan industri baterai kendaraan listrik dan Energy Storage System (ESS) yang ditopang pasokan 15 juta ton nikel per tahun.
Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Kementerian BUMN Agus Tjahajana menjelaskan roadmap alias peta jalan industri baterai kendaraan listrik.
"Pada 2022, kita akan mulai mencoba membuat baterai kendaraan listrik dalam skala kecil, misalnya untuk sepeda motor listrik," kata Agus dalam diskusi yang digelar Kementerian BUMN pada Selasa, 2 Februari 2021.
Agus yang juga menjabt Komisaris Utama MUMN Mining Industry Indonesia (Mind ID).
Baca juga: Pabrik Baterai Kendaraan Listrik LG Dibangun di Batang, Investasi Rp 137 Triliun
Dia menjelaskan bahwa sebelum memproduksi baterai motor listrik, yakni pada 2021 diharapkan sudah ada penyelesaian kerjasama pengembangan investasi produksi baterai kendaraan listrik dan penerapan ESS di PLN.
Selanjutnya, menurut Agus, fasilitas kilang (refinery) direncanakan bisa mulai beroperasi pada 2024, demikian pula pabrik prekursor dan katoda.
Kemudian pada 2025, pembangunan pabrik "battery cell to battery pack" (sel baterai ke baterai) ditargetkan rampung dan bisa mulai beroperasi.
"Kira-kira 2026 selesai semuanya (pembangunan pabrik), ini tahap pertama. Tahap keduanya mulai 2027 yaitu untuk perluasan kapasitas," kata Agus.
Adapun PT Pertamina (Persero) akan terlibat pengembangan baterai kendaraan listrik pada tataran intermediate, yakni memproduksisi prekursor, katode, battery cell, hingga battery pack. Perseroan menyatakan telah menyiapkan investasi untuk pembangunan pabrik.