TEMPO.CO, Jakarta - Bus listrik ditargetkan beroperasi tahun ini di Jakarta. Ketua KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) Soerjanto Tjahjono mengingatkan sejumlah masalah yang berkaitan dengan keselamatan.
Menurut dia, KNKT telah mengetahui bus listrik memiliki tegangan sekitar 600 volt sehingga harus ditetapkan prosedur tetap penyelamatan jika terjadi kecelakaan.
“Kalau ada kecelakaan, cara menolongnya bagaimana agar tidak tersengat (listrik). Jangan sampai kita mau nolong malah jadi korban,” ujar dia dalam acara virtual KNKT pada Kamis, 18 Maret 2021.
Baca: Dengar Curhat Sopir Bus Kecelakaan, Ketua KNKT Hampir Menangis
Soerjanto menjelaskan bahwa KNKT meminta para stakeholder bus listrik jangan hanya fokus pada tujuan pengurangan emisi. Faktor keselamatan harus diperhatikan agar pengguna dan masyarakat aman, termasuk bagaimana mitigasi pada saat bus listrik kecelakaan.
Menurut dia, dalam kecelakaan bus biasanya banyak kabel yang putus atau terbuka yang bisa membahayakan korban dan penolong. Maka pelatihan dan sosialisasi mengenai mitigasi juga harus disiapkan dengan baik.
BUMN DKI Jakarta bidang transportasi, PT Transjakarta, telah melakukan beberapa kali uji coba bus listrik. Tahun lalu, dua jenis bus listrik, yakni BYD K9 dan C6, diujicoba untuk melayani penumpang trayek Balai Kota - Blok M.
Yang terbaru, uji coba dilakukan PT Higer Maju Indonesia (HMI), Eksklusif Distributor dan Manufaktur Produk Bus Higer di Indonesia, pada Januari 2021.
Soerjanto kembali mengingatkan perusahaan otobus (PO) atau operator bus listrik harus memiliki tenaga ahli kelistrikan.
“Kalau ada kabel semrawut bisa diminta dirapikan dulu. Mungkin fisiknya terlihat baik, tapi belum tentu bagian dalamnya. Ini perlu diwaspadai,” tutur Ketua KNKT Kemenhub ini soal aspek keselamatan pada bus listrik.