TEMPO.CO, Jakarta - Produsen mobil listrik Tesla Inc. secara resmi mendesak pengadilan banding AS untuk segera memberlakukan kembali peraturan Presiden Barack Obama pada 2016 tentang pelanggaran emisi.
Obama kala itu membuat aturan hukuman lebih dari dua kali lipat bagi produsen mobil yang gagal memenuhi persyaratan efisiensi bahan bakar.
Belakangan Pemerintahan Presiden Donald Trump pada 14 Januari menunda dimulainya hukuman yang lebih tinggi hingga model kendaraan 2022.
Tesla menyatakan kepada Pengadilan Banding Sirkuit Kedua AS bahwa tindakan Trump melanggar hukum. Bahkan, "Mengurangi nilai insentif berbasis kinerja yang diperoleh produsen kendaraan listrik, seperti Tesla, di bawah standar."
Meski Presiden AS Joe Biden mendukung standar emisi yang lebih ketat, pemerintahannya menentang permintaan Tesla.
Baca: Tesla Jadi Perusahaan Otomotif Terkaya Kalahkan Raksasa Toyota
Menurut pemerintah, Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) sedang meneliti tindakan Trump pada hukuman Ekonomi Bahan Bakar Rata-Rata Perusahaan (CAFE) selama 6 bulan.
Sebuah kelompok yang mewakili para produsen mobil besar juga menentang tindakan segera yang didesakkan Tesla.
Tesla tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters. NHTSA pun menolak berkomentar.
Tesla meminta pengadilan banding untuk bertindak pada 4 Maret 2021.
"Tindakan mengerikan pemerintahan Trump menghadirkan situasi yang luar biasa karena tidak dapat dibenarkan dan menimbulkan cedera langsung dan tidak dapat diperbaiki pada Tesla," kata perusahaan AS itu.
Departemen Kehakiman menolak klaim Tesla dengan alasan NHTSA belum menilai hukuman CAFE untuk mobil buatan 2018 atau 2019.
Tesla, produsen mobil listrik nol emisi, menjual kredit kepada pembuat mobil lain untuk mengurangi beban dalam mematuhi peraturan pemerintah. Perubahan aturan oleh Trump membuat kredit tersebut kurang berharga.
Tesla menghasilkan pendapatan 1,58 miliar dolar AS dari penjualan kredit regulasi 2020, atau meningkat tajam dibandingkan pendapatan 594 juta dolar pada 2019.
AUTOBLOG | REUTERS