TEMPO.CO, Jakarta - Industri otomotif global saat ini tengah dilanda kelangkaan pasokan chip semikonduktor. Membuat sejumlah produsen mobil memangkas produksinya. Meski demikian, krisis chip ini tak selalu berdampak buruk bagi produsen otomotif. Dealer mobil di Amerika Serikat ini malah meraih keuntungan besar saat krisis chip melanda.
Salah satu ketua dewan dealer mobil nasional untuk Buick & GMC, Mike Bowsher mengaku heran terhadap konsumen yang rela mengeluarkan uang lebih dari US$ 71 ribu (Rp1 miliar) untuk GMC Yukon XL. Harga normal model ini sekitar US$ 50 ribu-US$ 55 ribuan.
Menurut laporan Reuters, beberapa dari mereka sering kali bersedia menunggu lebih dari seminggu dan berani membayar harga penuh untuk mendapatkan kendaraan yang diinginkan.
Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi dealer mobil asal Amerika Serikat ini. Mengingat, mereka baru saja memangkas produksi tahun ini karena kekurangan chip semikonduktor global.
Situasi tersebut membuat pihak produsen kesulitan untuk menciptakan mobil baru. Meski begitu, para pembeli tetap berani menaruh uang, meski mobil belum dibuat.
“Saya menjual sekitar 150 persen dari apa yang saya miliki di lapangan. Kami menjual barang-barang yang sedang dalam proses namun mereka berani menaruh uang,” ujar Bowsher.
Kekurangan chip semikonduktor ini memang dirasakan oleh banyak dealer mobil. Masih dari sumber yang sama, kekurangan chip itu akan berlangsung hingga tahun 2022 mendatang.
Situasi ini membuat beberapa dealer ternama dunia, Toyota, melaporkan bahwa persediaan kendaraan mereka menipis. Itu dibenarkan langsung oleh kepala eksekutif Prime Automotive Droup, Todd Skelton.
“Kami sekarang mulai melihat tidak hanya menipisnya stok kami, tetapi tidak ada yang mengikuti di belakangnya,” kata Skelton menjelaskan.
Salah satu kekhawatiran Skelton adalah berkurangnya pasokan semikonduktor akan menurunkan keuntungan secara keseluruhan, meskipun margin lebih tinggi.
Baca juga: Pabrik Mobil GM Mogok 2 Minggu karena Chip Semikonduktor Langka
REUTERS