TEMPO.CO, Jakarta - Produsen mobil mewah BMW dikabarkan tetap memasang target tinggi dalam keuntungannya pada tahun 2021, meski mereka mengalami krisis chip semikonduktor.
Sebagian besar industri otomotif memang telah dilanda kekurangan chip semikonduktor secara global, sehingga memaksa sejumlah pabrik perakitan tutup, memangkas persediaan dan menaikkan harga.
“Kami tidak dapat berasumsi bahwa kami akan keluar dari kuartal kedua tanpa cedera,” kata Chief Executive Officer BMW, Oliver Zipse.
Zipse berharap jika kekurangan chip semikonduktor ini tidak berdampak besar pada produksi, dan perusahaan akan merespons dengan memprioritaskan produksi mobil dengan margin keuntungan yang lebih tinggi.
Keyakinan itu muncul setelah penjualan mobil listrik BMW di Cina meningkat lebih dari dua kali lipat pada kuartal pertama. Padahal saat itu harga mereka memasang harga yang lebih tinggi.
Banyaknya permintaan di Cina pada paruh kedua tahun lalu, membuat BMW membukukan kuntungan yang solid pada 2020, meskipun dunia dihantam pandemi Covid-19.
Tak hanya di Negeri Tirai Bambu, BMW juga melaporkan bahwa pertumbuhan kuartal pertama juga hadir di kawasan lain, termasuk lonjakan penjualan 17,4% di Amerika Utara.
BMW mampu menghindari krisis chip semikonduktor dengan baik. Mengingat, mereka memiliki hubungan kuat dengan pemasok dan telah bekerja sama untuk menghindari gangguan.
Baca: Kekurangan Chip, Produsen Suku Cadang Mobil AS Pangkas Pasokan