TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan motor listrik di tanah air memang masih belum mendapatkan perhatian dari masyarakat. Sebagian besar penduduk Indonesia masih tertarik menggunakan motor berbahan bakar bensin.
Menanggapi hal ini, General Manager Rakata Motorcycle, Paulus Haryono sempat mengatakan bahwa penjualan motor listrik di Indonesia masih membutuhkan bantuan pemerintah.
“Pasar motor listrik di Indonesia masih perlu keseriusan pemerintah (dalam) memberi dukungan nyata kepada produsen maupun pengguna,” katanya kepada Tempo.co beberapa waktu lalu.
“Perusahaan Multi Finance, baik swasta maupun pemerintah, saat ini masih lebih suka membiayai motor bensin dibandingkan dengan membiayai Motor Listrik,” lanjutnya.
Situasi ini berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan pemerintah India. Negara tersebut memang sudah fokus meningkatkan penjualan motor listrik.
Salah satu cara mereka adalah dengan menerapkan subsidi sebesar 50 persen dalam pembelian motor listrik. Itu sudah diatur pada kebijakan pemerintah yang telah dirilis bertajuk FAME II.
Kebijakan FAME II itu pun membuat CEO motor listrik Ather Energy, Tarun Mehta mengaku gembira. Pasalnya, hadirnya amandemen itu membuat penjualan motor listrik di India meningkat.
“Revisi kebijakan FAME, menaikkan subsidi sebesar 50 persen per kWh merupakan langkah yang fenomenal. Penjualan roda dua listrik telah tumbuh meskipun ada pandemi,” katanya, dikutip dari Rideapart.
“Dengan subsidi tambahan ini, kami memperkirakan penjualan roda dua listrik akan mengganggu pasar, dan mencapai lebih dari 6 juta unit pada tahun 2025,” lanjutnya.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Paulus Haryono, di mana peran pemerintah sangat penting untuk membantu meningkatkan penjualan motor listrik.
Melihat situasi ini, apakah India bisa menjadi kiblat Indonesia untuk meningkatkan penjualan motor listrik?
Baca: Belum Ada Diskon PPnBM untuk Motor Listrik, Begini Tanggapan Rakata
RIDEAPART