TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pengendara diketahui kerap mengganti jenis bahan bakar minyak (BBM) untuk kendaraan bermotornya. Ketika memiliki uang banyak, misalnya, ia akan mengisi kendaraannya dengan bahan bakar nonsubsidi. Namun jika dompet menipis, ia akan memilih bahan bakar subsidi yang lebih murah.
Gonta-ganti ini bisa pula terjadi saat bahan bakar yang biasa digunakan stoknya sudah habis sementara kondisi kendaraan sudah krisis energi. Dalam keadaan ini biasanya pengendara akan memilih BBM alternatif lain sambil mencari SPBU lain.
Lalu, apakah hal tersebut berbahaya dan memengaruhi kinerja kendaraan?
Mengutip dari situs resmi Suzuki, suzuki.co.id, Selasa, 24 Agustus 2021, jika mengisi bahan bakar yang berbeda untuk mengisi kekosongan tangki tidak masalah. Alasannya semua jenis bahan bakar memiliki unsur penyusun yang sama di atas rantai hidrokarbon, sehingga tidak masalah jika satu hingga dua jenis bahan bakar mengalami tercampur dalam satu tangki.
Yang perlu diperhatikan adalah jika ingin kembali ke bahan bakar yang biasa, sebaiknya menunggu BBM pengganti tadi habis. Begitupun jika ingin beralih ke jenis bahan bakar yang baru, dengan catatan harus konsisten pemakaiannya.
Namun, jika sering mengganti jenis bahan bakar yang digunakan atau sering mencampurnya, hal ini berbahaya lantaran setiap mesin mempunyai nilai kompresi yang berbeda dan disesuaikan dengan jenis BBM yang tersedia.
Jika sering mengganti jenis BBM bisa berdampak buruk bagi mesin, seperti performa menjadi loyo, mudah rusak, hingga mesin sulit dihidupkan.
EIBEN HEIZIER
Baca juga:
Mobil Penggerak Roda Belakang, Kuat di Tanjakan tapi Tak Irit BBM?