TEMPO.CO, Munich - CEO Daimler AG Ola Källenius memperkirakan krisis chip semikonduktor global akan terus berlangsung hingga 2023.
Meski demikian, ia juga mengatakan bahwa krisis tidak akan separah saat ini. Produsen mobil mengalami cobaan beruntun dalam dua tahun terakhir. Pertama, produsen terpaksa menutup pabriknya karena pandemi Covid-19 tahun lalu. Kedua, pabrik kembali banyak yang menunda produksi karena kekurangan pasokan chip semikonduktor sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, mobil menjadi semakin bergantung pada chip - untuk segala hal mulai dari manajemen komputer mesin untuk penghematan bahan bakar yang lebih baik hingga fitur bantuan pengemudi seperti pengereman darurat.
"Beberapa pemasok chip telah mengacu pada masalah struktural dengan permintaan," kata Ola Källenius kepada wartawan menjelang pameran mobil Munich IAA seperti dilaporkan Reuters, 5 September 2021.
"Ini bisa mempengaruhi 2022 dan (situasi) mungkin lebih santai pada 2023." Pameran otomotif IAA adalah acara industri motor besar pertama di dunia sejak pandemi Covid-19.
Daimler mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya memperkirakan penjualan kuartal ketiga secara signifikan lebih rendah di unit Mercedes-Benz karena kekurangan semikonduktor global.
Produsen mobil dari grup AS General Motors hingga Mahindra India dan Toyota Jepang telah memangkas perkiraan produksi dan penjualan karena pasokan chip yang langka, diperburuk oleh kebangkitan Covid-19 di pusat produksi semikonduktor di Asia. Källenius mengatakan bahwa meskipun kekurangan chip yang sedang berlangsung, produsen mobil Jerman berharap pasokan semikonduktor sendiri akan meningkat pada kuartal keempat.
REUTERS
Baca juga: Krisis Chip Semikonduktor Diperkirakan hingga 2022