TEMPO.CO, Jakarta - Mercedes-Benz mengharapkan penjualan mobilnya tetap stabil pada kuartal keempat tahun ini, meski diterpa masalah krisis chip. Kelangkaan semikonduktor secara global ini memang menyulitkan produsen industri otomotif.
Situasi itu diperparah oleh pandemi Covid-19 yang masih melanda Asia Tenggara. Kondisi ini membuat pasokan chip dari pabrik Malaysia mengalami masalah, yang mempengaruhi jumlah produksi Mercedes-Benz.
Menanggapi masalah tersebut, Kepala keuangan Daimler, Harald Wilhelm tetap optimistis dengan penjualan mobil Mercedes-Benz. Karena menurutnya, pasar mobil mewah Mercedes-Benz di Cina, Eropa dan Amerika Serikat masih kuat.
“Saat ini kami mengantisipasi volume penjualan yang lebih normal di kuartal keempat, mungkin di level kuartal pertama atau kedua, tapi masih jauh di bawah apa yang kami rencanakan sebelumnya,” kata Wilhelm, mengutip dari Hindustan Times.
Terkait krisis chip, CEO perusahaan Ola Kallenius mengonfirmasikan bahwa kekurangan semikonduktor mengakibatkan penurunan penjualan secara signifikan pada kuartal ini. Oleh karena itu, mereka bakal memangkas biaya-biaya yang tidak terlalu diperlukan.
“Kami memiliki niat kuat untuk tetap fokus mendisiplinkan biaya dan membuktikan bahwa kami dapat mempertahankan tingkat margin (penjualan mobil) saat ini,” katanya, masih dikutip dari Hindustan Times.
Mercedes-Benz sendiri saat ini dilaporkan bakal mendahulukan produksi mobil mewah yang lebih menguntungkan, demi mengantisipasi masalah kelangkaan semikonduktor.
Baca: Terinspirasi Film Avatar, Mercedes-Benz Vision AVTR Bisa Baca Pikiran Pengemudi
HINDUSTAN TIMES