TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Nasional (NHTSA) Amerika Serikat baru-baru ini meminta Tesla untuk menjelaskan mengapa mereka tidak melakukan penarikan (recall) pada sejumlah mobil listriknya. Perusahaan justru memilih untuk memperbarui perangkat lunak ketimbang menarik produksinya dari peredaran.
Pada September kemarin, Tesla melakukan pembaruan terhadap mobil listrik untuk bisa mendeteksi lampu kendaraan darurat. Nantinya, sensor tersebut akan mendeteksi cahaya meski dalam keadaan redup.
Teknologi baru yang dibuat Tesla ini nyatanya tak tak terlepas dari penyelidikan NHTSA dalam sejumlah kecelakaan lalu lintas yang menewaskan beberapa orang. NHTSA menyelidiki bahwa sistem autopilot Tesla kemungkinan cacat.
Menurut laporan Reuters, sampai saat ini Regulator keselamatan mobil AS tersebut telah mengidentifikasi 12 kecelakaan yang melibatkan mobil listrik Tesla dengan sistem autopilot. NHTSA melaporkan bahwa sebagian besar kecelakaan itu terjadi saat gelap.
Dalam surat terpisah, NHTSA bertanya kepada Tesla soal ‘Autosteer on City Streets’, yang juga disebut sebagai ‘Full Self-Driving’ (FSD). Namun sistem ini justru mengkhawatirkan, di mana banyak pengguna membeberkan masalah FSD di akun media sosial pribadinya masing-masing.
NHTSA sendiri menjelaskan bahwa mereka bakal menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan untuk menjaga semua orang tetap aman di jalan raya. Mereka bakal mendeteksi risiko yang tidak masuk akal untuk keselamatan umum.
Tesla sendiri sebelumnya telah menarik 135.000 mobil listrik akibat tampilan layar sentuh yang cacat. Situasi itu mengakibatkan hilangnya gambar kamera spion, sistem defogging, dan sistem defrosting kaca depan.
Baca: Kerap Terlibat Kecelakaan, Autopilot Tesla Disebut Bisa Mendeteksi Lampu Darurat
REUTERS