TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) 55 Tahun 2019. Ternyata persiapan yang dilakukan untuk beralih ke kendaraan listrik ini bukan tanpa alasan.
Ketua V Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Shodiq Wicaksono mengatakan ada empat alasan mengapa Indonesia harus segera memasuki era elektrifikasi. Pertama adalah faktor menurunnya ketersediaan bahan bakar fosil yang banyak digunakan di kendaraan konvensional saat ini.
Kemudian alasan kedua adalah upaya Indonesia dalam menurunkan emisi gas buang. Alasan ketiga adalah era elektrifikasi ini sejalan dengan rencana pemerintah yang menargetkan 25 persen kendaraan yang dijual pada 2025 merupakan kendaraan listrik. Lalu alasan terakhir adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi electric vehicle (EV).
"Itulah alasan-alasan mengapa kita harus segera menuju ke era elektrifikasi. Semua harus mendapatkan dukungan dari seluruh stakeholder terkait," kata Shodiq dalam Webinar Forwin bertajuk Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi, hari ini, Jumat, 15 Oktober 2021.
Namun dalam perealisasian elektrifikasi pada sektor otomotif, Shodiq mengatakan akan ada sejumlah tantangan besar yang akan dihadapi. Misalnya minat konsumen yang masih rendah akibat harga kendaraan listrik yang masih mahal dan infrastruktur yang masih belum memadai.
"BEV di Indonesia saat ini masih tergolong mahal, berada di angka Rp 600 juta lebih. Sementara daya beli masyarakat Indonesia untuk kendaraan itu masih sekitar di bawah Rp 300 juta. Ada gap Rp 300 juta yang perlu diperhatikan. Kalau ada teknologi baterai yang bisa cepat diproduksi di dalam negeri dengan lebih murah dan efisien, maka harga EV akan lebih murah karena sekitar 40-60 persen harga mobil listrik itu berasal dari baterai,” jelasnya.
Kendati demikian, Shodiq yakin rencana Indonesia untuk menuju elektrifikasi bisa cepat dicapai tergantung pada kesiapan para stakeholder. Selain itu, untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya integrasi yang baik dari sisi Research and development (R&D), industri komponen yang mendukung, integrator, kebijakan, dan skala ekonomi yang baik.
"Kalau baterai kendaraan listrik yang murah bisa tersedia dengan cepat, dan insentif pembelian atau penjualan BEV bisa diberikan dengan baik maka prosesnya bisa lebih cepat. Artinya ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum mencapai ke BEV," ujar Shodiq.
Baca juga: Peluang dan Hambatan Mobil Listrik di Indonesia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-installaplikasi Telegram terlebih dahulu.