TEMPO.CO, Jakarta - Ekspor mobil nasional di 2022 diperkirakan mengalami pertumbuhan 10 persen. Namun kinerja ekspor bisa terhambat krisis chip semikonduktor dan energi Cina.
Menurut Direktur Corporate Affairs Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, kinerja ekspor dinilai lebih cepat masa pemulihannya dibanding penjualan mobil dalam negeri. Apalagi saat ini penjualan mobil nasional belum mencapai level normal.
"Kami memperkirakan pencapaian ekspor di tahun dean bisa naik 10 persen," kata Bob sebagaimana dikutip dari Bisnis.com hari ini, Senin, 25 Oktober 2021.
Hingga September 2021, Gaikindo mencatatkan eskpor mobil dalam bentuk completely built up (CBU) sebanyak 22.399 unit, naik dari dua bulan sebelumnya yang hanya 18.000 unit.
Secara keseluruhan, total ekspor mobil nasional 207.411 unit dan ditargetkan bisa menyentuh 250.000 unit hingga akhir 2021.
Menurut Bob, krisis chip semikonduktor dan krisis energi di Cina akan menjadi hambatan peningkatan kinerja otomotif di pasar global. Produksi dalam negeri juga masih terkendala kenaikan harga bahan baku, seperti baja dan paladium.
"Secara global produksi mobil itu masih terkendala kelangkaan semikonduktor. Jadi kami masih perlu melihat kondisi itu lebih lanjut," ujar petinggi Toyota tersebut.
DICKY KURNIAWAN | BISNIS.COM