TEMPO.CO, Jakarta - Honda telah mengumumkan bakal menghentikan sementara ekspor mobil dan motor ke Rusia. Keputusan itu diambil setelah perang Rusia Ukraina pecah beberapa hari lalu.
Perusahaan kendaraan bermotor asal Jepang tersebut bergabung dalam daftar produsen yang menolak keras invasi Rusia ke Ukraina. Sebelum Honda, nama besar seperti Ford, Volvo, General Motors dan Harley Davison sudah lebih dulu menangguhkan bisnisnya di Rusia.
Melansir laporan dari situs berita Reuters hari ini, Kamis, 3 Maret 2022, seorang juru bicara Honda memastikan penangguhan penjualan mobil dan motor di Rusia. Namun belum diketahui pasti kapan rencana ini akan berlaku.
Juru bicara itu menjelaskan adanya faktor mengapa Honda menghentikan sementara ekspor mobil dan sepeda motor di Rusia. Menurutnya, salah satu alasan terkuatnya terjadi karena mereka kesulitan dalam pengiriman kendaraan.
Perang Rusia Ukraina sendiri memang mampu memberikan dampak negatif pada industri otomotif. Bahkan, perusahaan riset pasar di California, Techcet, menyatakan bahwa situasi ini bisa memperburuk masalah krisis chip semikonduktor.
Menurut mereka, produksi neon gas dilakukan di Rusia kemudian dipasok dan dimurnikan oleh perusahaan kimia Ukraina. Kini harga neon pun mengalami peningkatan hingga 600 persen setelah terjadinya perang Rusia Ukraina.
Selain itu, Rusia juga merupakan negara yang memasok paladium utama. Perusahaan riset tersebut menyebutkan Rusia memasok sekitar 33 persen paladium secara global. Bahan ini nyatanya menjadi logam utama yang digunakan untuk catalytic converter di industri otomotif.
Masalah krisis chip semikonduktor ini nyatanya sudah mulai melanda produsen mobil di Indonesia. Hal itu disampaikan langsung oleh pihak PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) beberapa hari lalu.
Baca: Dalam 10 Hari Terakhir, Tiket MotoGP Mandalika Terjual 770
REUTERS
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.