Karena Lebaran masih lima hari di depan, kami tidak tergesa-gesa di jalan. Jadi, alih-alih menentukan rute secara detil, kami serahkan ke mana harus pergi kepada Pak Polisi. Ke mana jarinya menunjuk, ke sana kami akan pergi.
Kami tak mencemaskan macet akan mengakibatkan krisis bensin seperti banyak terjadi saat mudik, karena tangki Xpander berkapasitas 45 liter. Dengan asumsi konsumsi Pertamax-nya 14-15 km per liter di jalan macet, kami bisa pergi sejauh 675 km. Itu bisa sampai Yogyakarta jika via tol dan masih ada sisa bahan bakar.
Xpander yang sudah menggunakan rem tangan elektrik juga dilengkapi fitur Brake Auto Hold (BAH). Fitur ini meringankan kerja kaki di jalan macet. Berkat fitur ini, saya dapat melepaskan pijakan dari pedal rem dan mobil tetap berhenti ketika posisi tuas di transmisi D. Ketika mobil harus jalan, saya hanya perlu menginjak pedal gas.
Yang pada awalnya kami khawatirkan adalah udara panas, karena sedang berpuasa, dan suara bising saat macet. Tapi ternyata keduanya itu tak perlu dicemaskan. AC mendinginkan kabin dengan baik tanpa berisik.
Menjajal fitus Hills Start Assist (HAS) Mitsubishi Xpander Ultimate untuk mencegah mobil bergerak mundur saat di tanjakan. 4 Mei 2022. TEMPO/Yosep Suprayogi
Kabin juga kedap dari bunyi-bunyian di luar. Suatu kali, saat macet, kami dijepit bus Rona Indah dan Agra. Saya iseng mengukur kebisingan di luar dari jendela dengan aplikasi Soundmeter di handphone. Suaranya 72,1 desibel, sekeras suara dari kebanyakan pengisap debu. Ketika semua kaca mobil ditutup, tingkat kebisingan di kabin turun menjadi 51,3 db, hampir sama dengan suara di kantor saat pandemi.
Di Cirebon, magrib datang. Kami memutuskan keluar tol dari gerbang Astanajapura untuk buka puasa, karena tak mungkin bisa masuk ke rest area untuk makan. Waktunya untuk menikmati empal gentong!
Tapi, pada saat yang sama, oneway diberlakukan, sehingga kami tak bisa masuk tol lagi. Kami pun melanjutkan perjalanan via Pantura, padahal semula kami berencana baru keluar tol di tol Batang.
Google Map menyarankan kami berbelok ke selatan dari Tegal, menuju Slawi, untuk menuju pegunungan tengah. Jalannya keriting alias bergelombang, tapi direspon dengan baik oleh Xpander yang dibantu Google Map. Peta digital ini membantu sedalam apa gas diinjak dan kapan kaki siaga pindah ke pedal rem, karena menginformasikan lintasan di depan—apakah tikungan di depan huruf L, V, U, atau S.
Baca juga: Mengarungi Separuh Sumatera Bersama Hyundai Creta