Efek body roll tidak begitu terasa, bahkan di belokan tajam. Penandanya gampang: tiga penumpang di belakang tak ada yang mabuk dan tidur pulas tanpa terbanting ke kiri dan kanan. Benarlah klaim Mitsubishi bahwa suspensi Xpander mendapat peningkatan seperti yang ada di Pajero Sport, karena mengimplementasikan RISE, sehingga stabilitasnya lebih nyaman di jalan yang kasar.
Di Dieng, kami menginap di Desa Sembungan. Di gerbangnya tertulis desa ini yang tertinggi di Jawa—2.463 mdpl--dan pemilik sunrise terindah. Hanya ada satu masalah: kami kesulitan menemukan warung yang buka untuk makan sahur. Untunglah, sebelumnya kami makan mie Ongklok—mie khas Dieng—dalam porsi besar.
Keesokan harinya kami turun ke Wonosobo, setelah mampir di Kawah Sikidang dan Telaga Warna yang airnya melulu berwarna hijau. Xpander berhadapan dengan turunan panjang, sejauh 9 koma sekian kilometer, seperti tertulis di papan peringatan di kiri jalan. Karena penasaran dengan kemampuan engine break Xpander di posisi transmisi L, saya sesekali menggunakan rem mesin itu. Rasanya seperti engine break mesin manual di gigi bawah.
Kami tiba di Yogyakarta pada malam H-2 Lebaran. Lalu, Google ngeprank kami. Puasa hari terakhir, kami ingin berbuka di sate klathak Pak Pong Pusat, di Wonokromo. Menurut Google, warungnya buka. Cuma, ada satu catatan: antrenya lama. Karena itu kami berangkat gasik. Dari Dlingo—setelah mengunjungi Hutan Wisata Pinus Pengger, Heha, dan deretan kafe di Jl Pleret Patuk yang tutup--kami berangkat sekitar pukul 15.00.
Kami sangat bersemangat mendapati halaman parkir Pak Pong masih kosong. Tapi tak ada asap sate. "Hari ini tutup sehari. Besok buka," kata seorang pekerja yang sedang membersihkan warung.
Sunset di Pantai Pangandaran, Jawa Barat, 5 Mei 2022. TEMPO/Yosep Suprayogi
Di belakang kami, mobil-mobil terus berdatangan ke parkiran Pak Pong. Paling tidak ada 4 kendaraan dalam semenit. Nomor polisinya kebanyakan L, D, atau B seperti kami. Sepertinya banyak yang kena prank—sebenarnya yang terjadi adalah Google tak mendapat info jika hari itu warung tutup.
Sekali lagi kami kena prank Google di gudeg Yu Jum Pusat pada Hari Lebaran.
Menjelang sore, di hari Lebaran pertama, kami melanjutkan perjalanan ke Pangandaran untuk mengejar sunrise yang tak bisa dinikmati di Sikunir. Tiba pas Subuh, matahari terbit itu menyambut kami. Di jalanan Pangandaran yang sempit, padat, dan keos karena musim libur itu saya sungguh berharap Xpander Ultimate ini punya fitur kamera 360. Fitur ini pasti berguna untuk parkir atau melewati gang sempit, karena bisa melihat sisi samping, depan, dan belakang mobil.
Menginap semalam di Pangandaran, kami meneruskan perjalanan menuju Geopark Ciletuh, Sukabumi. Di rute ini ada banyak cobaan untuk Xpander. Di Cidaun itu misalnya. Ketika tengah asyik mengistirahatkan kaki dengan moda Cruising control, tiba-tiba dua ibu menyeberang dari balik mobil toring—mobil colt terbuka yang diberi tenda dan dipakai piknik—yang sedang berhenti. Berkat fitur ACS (active stability control) yang mengendalikan ABS, traksi, dan stabilitas, mobil berhenti segera setelah rem diinjak, tanpa selip di jalan beton yang masih basah oleh sisa air hujan. Injakan rem itu juga menonaktifkan mode Cruise Control Xpander.
Tak urung, kantong makanan ringan melompat dari belakang mobil ke kabin depan. Tapi, penumpang diamankan seatbelt.
Itu kali kedua ACS Xpander diuji di jalur pantai selatan. Sebelumnya, ACS menyelamatkan kami di tikungan menurun yang tajam selepas Leuweung Sancang. DI belokan itu sepertinya pernah ada kecelakaan, terlihat dari pagar pembatas yang jebol dan memperlihatkan jurang yang menganga.
Kemampuan mesin Xpander masih diuji lagi di Ciletuh. Kali ini saya iseng mengujinya di tanjakan menuju Curug Puncak Manik--curug setinggi 70 meteran, yang tertinggi di geopark itu. Saya menghentikan mobil di tengah tanjakan, membuat Hill Start Assist (HSA) mengaktifkan rem untuk mencegah mobil bergerak mundur. Saya kemudian membejak gas pada posisi transmisi L. Xpander bisa bergerak naik tanpa kesulitan.
Jalanan Ciletuh memberikan ujiannya sendiri. Banyak turunan dan tanjakan curam dengan kemiringan 25-30 derajat. Ada yang menyebut nyaris 45 derajat di beberapa bagian.
Di antaranya adalah tanjakan Cimarinjung, setelah Curug Cimarinjung, dalam perjalanan menuju Puncak Darma yang menjadi titik tertinggi di Geopark Ciletuh. Xpander naik dengan gampang, bahkan sambil berpapasan dengan mobil lain. Entah mengapa para pemuda yang bersiaga salah mengatur aliran kendaraan, karena biasanya di jalur itu mobil melintas bergantian.
Satu fitur transmisi lagi, Ds, sesekali saya pakai untuk menyalip mobil lain di tanjakan dalam perjalanan menuju Kota Sukabumi.
Memasuki tol Sukabumi-Bogor, baru terasa nyata kenyamanan transmisi CVT (Continuosly Variable Transmision) 8-percepatan yang baru ditanamkan di versi 2021. Giginya beralih dengan halus saat jalan santai. Pada kecepatan 110 km per jam, bunyi mesin juga nyaris tak berubah, padahal CVT cenderung lebih berisik. Ketika gas ditekan makin dalam, di tarikan tengah ke atas, Xpander tak keberatan untuk ngacir. Suara auman dari mesin 1.5L Mivec Dohc 16 Valve-nya nyaris membikin ketagihan. Untunglah, saya buka tipe pengemudi yang agresif.
Baca juga: Mudik Naik Toyota C-HR Hybrid, 43 Liter Bensin Jakarta-Solo PP
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.