TEMPO.CO, Jakarta - Stellantis NV menutup satu-satunya pabrik mobil SUV merek Jeep di Cina. Pabrikan otomotif Eropa tersebut mengabil keputusan tersebut karena campur tangan politik dalam bisnisnya.
Chief Executive Officer Stellantis Carlos Tavares mengatakan perusahaan menerapkan strategi "ringan aset" di Cina karena kekhawatiran ketegangan politik menyebabkan sanksi dalam konflik Cina di dunia.
Stellantis tak mau menjadi korban sanksi silang seperti yang terjadi pada perusahana otomtoif lain baru-baru ini. Carlos Tavares tak menyebutkan perusahaan yang dimaksud.
“Kami melihat selama beberapa tahun terakhir semakin banyak campur tangan politik dalam dunia bisnis di Cina,” kata Tavares dalam wawancara dengan Bloomberg Television, dikutip hari ini, Minggu, 31 Juli 2022.
Stellantis meninggalkan kemitraan manufaktur 12 tahun Jeep dengan BUMN Guangzhou Automobile Groupa. Aksi tersebut menimbulkan pertanyaan tentang apa yang mungkin terjadi bagi produsen asing di Cina.
Perang Rusia Ukraina telah mengganggu rantai pasokan onderdil di Eropa. Sanksi terhadap Rusia bisa terjadi terhadap Cina jika melakukan tindakan yang sama di Taiwan.
Bisnis mobil Jeep milik Stellantis, Volkswagen AG, dan General Motors di Cina memang menantang karena produsen mobil lokal seperti BYD Co., Li Auto Inc., dan Nio Inc. menyaingi dengan ketat.
JOBPIE | AUTOBLOG
Baca: Jeep Bikin SUV Listrik Pertamanya, Begini Detailnya
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.