TEMPO.CO, Jakarta - Deputy Country Chair and Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea mengungkapkan alasan harga BBM (bahan bakar minyak) SPBU swasta lebih mahal dari Pertamina. Menurutnya, tingginya harga BBM ini dipengaruhi beberapa faktor seperti Mean of Platts Singapore (MOPS) hingga pajak pemerintah dan bea cukai.
"Penyesuaian harga dilakukan dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti produk minyak olahan berdasarkan MOPS, kondisi dan volatilitas pasar, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi, dan biaya operasional," kata Susi saat dihubungi Tempo beberapa waktu lalu.
Dalam penentuan harga BBM, petinggi Shell Indonesia tersebut juga mengungkapkan adanya pertimbangan biaya distribusi, biaya operasional, kinerja perusahaan, dan aktivitas promosi yang sedang berjalan.
"Dapat kami sampaikan bahwa penyesuaian harga yang kami lakukan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM," ucap Susi.
Untuk diketahui, saat ini SPBU swasta menjual BBM RON 90 dengan harga Rp 12.600 per liter hingga Rp 14.050 per liter. Harga tersebut lebih mahal bila dibandingkan dengan harga Pertalite (RON 90) milik Pertamina, yakni Rp 10.000 per liter.
BBM RON 92 atau Pertamax di SPBU Pertamina dijual dengan harga Rp 13.900 per liter atau lebih murah dari SPBU swasta yang menjual dengan kisaran harga Rp 14.140 per liter hingga Rp 14.180 per liter. Lalu RON 98 atau Pertamax Turbo dijual dengan harga Rp 15.200 per liter, juga lebih murah dari yang dijual SPBU swasta, yakni Rp 15.530 per liter.
Perbandingan harga BBM juga terjadi untuk diesel, yang mana Dexlite (CN 51) dijual dengan harga Rp 18.300 per liter. Harga tersebut lebih murah dari BBM sejenis di SPBU swasta yang dijual Rp 19.180 per liter.
Baca juga: Formula 1 Cina 2023 Dibatalkan Lagi, Apa Penyebabnya?
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto