TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Epidemiologi Pencemaran Udara dan Serveilans Kesehatan Lingkungan dari Universitas Indonesia, Budi Haryanto, mengatakan bahwa penggunaan pengisi daya baterai (charger) kendaraan listrik bisa mengurangi emisi karbon. Namun itu berlaku jika charger tersebut menggunakan tenaga matahari atau panel surya.
"Misi energi bersih itu harus didorong menggunakan energi matahari, geothermal, dan gas. Kalau itu digunakan untuk menyediakan listrik, bagus," kata Budi, dikutip dari situs berita Antara hari ini, Selasa, 31 Januari 2023.
Budi mengakui bahwa saat ini fasilitas pengisian baterai mobil listrik masih diambil dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar solar. Sementara penggunaan mobil listrik ini tidak sepenuhnya mengurangi emisi karbon, melainkan mengurangi polusi udara di jalan raya.
Oleh sebab itu, Budi mengatakan masyarakat seyogianya menggunakan tenaga surya pada charger EV miliknya. Pembatasan penggunaan listrik rumah dan efisiensi pemakaian kendaraan bermotor, disebut Budi dapat menurunkan emisi karbon.
"Di rumahnya yang punya kendaraan listrik, perlu punya solar cell (tenaga surya), itu bagus. PLN juga bergeser bikin solar cell yang banyak, jangan bahan bakar solar lagi," ujarnya.
DICKY KURNIAWAN | ANTARA
Baca juga: Luhut Pandjaitan Bahas Insentif Kendaraan Listrik, ESDM: Segera Diumumkan
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.