TEMPO.CO, Jakarta - SQM Chili, produsen lithium terbesar kedua di dunia, pada hari Kamis lalu, 2 Maret 2023, mengumumkan laba bersih kuartal keempat 2022 lebih dari tiga kali lipat dari 2021.
Keuntungan bisnis itu bahkan mengalahkan perkiraan permintaan lithium atau logam putih yang melonjak akibat pasokan yang ketat.
Perebutan lithium membuat harga melonjak dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan produsen otomotif memproduksi kendaraan listrik.
SQM melakukan ekstraksi air asin dari dataran garam Amerika Selatan yang luas untuk menuai lithium.
Mengutip Reuters hari ini, Jumat, 3 Maret 2023, perusahaan membukukan keuntungan bersih atau laba bersih triwulanan USD 1,15 miliar (sekitar 17,6 triliun)pada Oktober sampai 31 Desember 2022.
Laba tersebut naik tipis dari perkiraan sekitar USD 1,14 miliar dari para analis hasil survei Refinitiv.
Pendapatan SQM pada kuartal itu juga naik hampir tiga kali lipat menjadi USD 3,13 miliar, melebihi perkiraan rata-rata USD 2,99 miliar. Pendapatan inti perusahaan pun menjadi USD 1,67 miliar.
"(Saya) Sangat senang dengan hasil yang luar biasa," ucap Chief Executive SQM Chili Ricardo Ramos.
Menurut SQM, keuntungan perusahaan didorong oleh rekor volume penjualan lithium dan turunannya, yang sebagian besar dikirimkan ke Asia.
Beberapa penjualan yang bakal dilakukan tahun ini menyusul berakhirnya kendaraan listrik di Cina.
SQM pun membukukan kenaikan volume produksi lithium kuartal keempat 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 43.000 ton, seharga sekitar USD 59.000 (Rp 765.200.000) per ton.
Setahun sebelumnya, harga lithium hanya USD 14.600 per ton.
SQM pun menyatakan berencana berinvestasi sekitar USD 3,4 miliar pada 2023 hingga 2025 yang fokus pada perluasan kapasitas produksi lithium di Chili. Sedangkan investasi tahun ini dialokasikan USD 1,2 miliar.
SQM akan meningkatkan kapasitas lithium dari sekitar 210.000 ton tahun ini menjadi 265.000 pada 2025, menyusul operasional pabrik di Australia Barat Daya dan Sichuan, Cina.
SQM juga menjual yodium. Harga bahan kimia yang digunakan dalam sinar-X itu juga mencapai rekor pada kuartal keempat 2022. Volume dan harganya diprediksi melonjak pada 2023 seiring dengan perluasan kapasitasnya.
REUTERS | AUTOBLOG
Pilihan Editor: Lithium Masih Impor, Bisakah Indonesia Jadi Produsen Baterai EV Terbesar?
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.