TEMPO.CO, Jakarta - Ternyata ada cerita di balik bisnis produsen mobil Hyundai di Indonesia sejak 2019. Bocoran informasi ini diungkapkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Dia menuturkan bagaimana Pemerintah Indonesia menarik investasi perusahaan Korsel itu ke Tanah Air.
Menurut Bahlil ada negara yang tidak ingin Hyundai masuk dan beroperasi di Indonesia kala itu.
“Jadi, waktu kita mau tanda tangan ini (proyek Hyundai) banyak negara tertentu yang tidak ingin Hyundai masuk, mobil listrik ini. Saya harus ngomong. Saya tidak mengatakan negara mana tetapi ada negara yang tidak pingin ini barang masuk,” katanya dalam acara Maekyung Indonesia Forum on the 50th Anniversary of Diplomatic Relations Between Korea and Indonesia di Jakarta hari ini, Selasa, 16 Mei 2023.
Bahlil menjelaskan bahwa investasi Hyundai Motor senilai USD 1,55 miliar itu diawali dengan ditandatanganinya nota kesepahaman rencana investasi pada November 2019. Penandatanganan MoU disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Executive Vice Chairman Hyundai Motor Group Chung Eui-sun.
Bahlil bercerita, saat penandatanganan MoU banyak pihak meragukan realisasi investasi Hyundai di Indonesia, terutama mengenai produksi mobil listrik. Belum lagi pandemi Covid-19 yang melanda kemudian pada 2020.
“Kita menyampaikan waktu itu kepada Presiden Moon, Presiden Korsel sebelumnya, bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengawal investasi sekalipun Covid-19. Kita jalan terus,” tutur Menteri Bahlil.
ANTARA
Pilihan Editor: Harga Hyundai Ioniq 5 Diumumkan, Mulai Rp 718 Juta
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto.