TEMPO Interaktif, New York - Mobil jenis Sport Utility Vehicle (SUV) dan pikap adalah kendaraan yang paling ditakuti oleh pengguna mobil lain, terutama mobil kecil seperti hatchback, sedan, dan lainnya bila terjadi tabrakan. Maklum, dengan postur bodi yang besar dan kekar serta gidung yang menonjol, menjadikan orang miris bila harus berhadapan dengan mobil itu.

Terlebih fakta juga mendukung, jumlah kematian pengemudi mobil kecil yang bertabrakan dengan SUV terbilang tinggi. Tapi itu dulu, kini anggapan dan fakta itu telah luruh.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Asuransi Keselamatan Jalan Raya (IIHS) Amerika Serikat yang dilansir The Wall Street Journal dan dikutip caradvice.com, Kamis, 29 September 2011 telah membuktikan hal itu. "Hasil penelitian menunjukkan, sepanjang 2000 - 2001 jumlah kematian akibat tabrakan dengan SUV mencapai 44 dari satu juta mobil yang terdaftar," demikian bunyi hasil penelitian tersebut.

Namun, angka itu turun drastis sepanjang 2008 - 2009 lalu. Selama kurun waktu itu, tabrakan mobil lain dengan SUV tercatat hanya 16 kejadian dari satu juta mobil yang terdaftar. 

Para ahli di IIHS mengatakan, hal itu berkat kemajuan rancang bangun struktur serta fitur keselamatan yang dipasang pada SUV. Terlebih pada bagian bodi para pabrikan telah merancang crumple zone di SUV dengan teknologi tinggi yang mampu mengantisipasi risiko terburuk bila terjadi kecelakaan.

"Pada beberapa kasus kecelakaan terbukti, bumper SUV sejajar dengan jendela atau pintu kendaraan kecil, sehingga menimbulkan risiko fatal," bunyi laporan penelitian seperti dilansir laman lain autoevolution.com.

Namun, seiring dengan pengembangan teknologi yang dilakukan oleh produsen mobil serta himbauan dari lembaga atau organisasi keselamatan jalan raya struktur mobil seperti diubah. Hasilnya, sejak 2007 hampir 81 persen telah memiliki bumper yang lebih aman bagi kendaraan lain.

"Dulu, pikap dan SUV menjadi kendaraan yang mematikan bagi mobil lain. Namun, kini statistik telah menunjukkan kondisi lain," ujar Joseph M. Nolan, penyusun laporan IIHS seperti dikutip The Wall Street Journal.

ARIF ARIANTO