Ducati Multistrada 1200: Si Badak 150 Daya Kuda
Reporter: Tempo.co
Editor: Tempo.co
Rabu, 16 Februari 2011 18:57 WIB
Ducati Multistrada 1200 (Nugroho Adhi/TEMPO)
Iklan
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Apa yang dapat dinikmati dari sebuah motor besar? Tenaga dan torsi tentu bukan cerita utama lagi. Tapi, jika motor itu sekelas dengan Ducati Multistrada 1200 bakal lain kisahnya. Bagaimana tidak, penerus model dual purpose bike dari keluarga Ducati ini memang istimewa.
Dialah 4 in 1 big bike pertama di dunia. Artinya, empat jenis motor yang berbeda fungsinya dilebur menjadi sebuah motor. Ke empat fungsi itu melekat pada fitur Sport, Touring, Enduro, dan Urban. Semuanya hanya perlu dengan menyentuh tombol. Teknologi biasa terdapat di mobil-mobil premium seperti Mercedes-Benz S-Class maupun BMW 7 Series.
Sebelum menjajalnya, sempatkan dulu untuk mempelajari penggantian ke empat fitur tersebut. Kebetulan Agustus Sani Nugroho, Presiden Direktur PT Supermoto Indonesia, distributor resmi Ducati di Indonesia, yang memberikan tutorial singkat fitur tersebut. Ini penting, karena Multistrada mempunyai dua electronic control unit (ECU). Kedua "otak" inilah yang mengatur semua kinerja motor.
Tak tanggung-tanggung, Pak Nugroho yang juga penulis buku dan blogger ini, langsung memilih  mode sport. Wah, bakalan full power motor ini, pikir saya. Benar saja. Di terowongan Sudirman Central Business District (SCBD), motor yang cocok dipakai turing ini saya geber hingga 125 kilometer per jam hanya pada gigi 2!
Speed sebenarnya masih bisa dicapai lebih tinggi lagi. Tapi bagi saya, menjajal Ducati Multistrada 1200 aspek kecepatan tak begitu penting. Saya ingin tahu bagaimana manuver motor jangkung ini ketika melibas jalanan. Walau berdimensi cukup besar, motor ini mudah untuk bermanuver.
Ketika menikung, sangat terasa sekali bagaimana sempurnanya shock depan-belakang Öhlins bekerja. Sistem kompresi dan reboundnya dikendalikan otomatis secara elektronik. Dalam mode sport, otomatis shock breaker mengeras dan performa motor tampil maksimal. Tenaganya yang besar hingga mencapai 150 DK membuat bobot motor 192 kilogram ini terasa enteng. Mesin L-Twin silinder, 1198 cc, 4 katup per silinder, Desmodromic, berpendingin cairan memang luar biasa.
Untuk mengerem saya lebih banyak menggunakan rem depan Brembo cakram ganda dengan anti-lock braking system (ABS) yang menjadi peranti standar. Rem belakang, hanya saya gunakan sesekali untuk balancing. Ducati Multistrada memang terkenal dengan stabilitasnya yang tinggi. Versi lama, 1000 DS saja sudah begitu nyaman, apalagi model terbaru ini, wow, enak banget handlingnya.
Usai menjajal mode Sport, kini giliran Touring. Perbedaannya, menurut saya, powernya sedikit lebih jinak dibanding Sport. Sistem suspensinya pun lebih lentur. Perbedaan terbesar ketika mode Urban diaktifkan. Duh, tenaga badak yang tadinya menyembur, seolah-olah dikebiri. Power turun lumayan drastis karena ECU memerintahkan untuk riding santai di perkotaan.
Sebenarnya, tenaga dalam mode Urban sudah lebih dari cukup untuk sekadar menapak jalanan Jakarta. Namun, karena pertama kali saya mengetes dengan mode Sport, maka sangat terasa sekali perbedaannya. Bagaimana dengan mode Enduro? Karena kondisi jalanan dan medan yang tidak sesuai, fitur ini urung saya coba. Mode Enduro diaktifkan ketika motor melaju di jalanan light off-road yang bervariasi.
Ducati Indonesia memasarkan New Multistrada 1200 dalam tiga tipe: standar, sport, dan turing. Ketiganya dipasarkan dengan rentang harga Rp 400 - 460 juta. Dari sisi maintenance, produk terbaru Ducati, kini sebagian besar sudah menganut tipe kopling basah dengan fitur slipper clutch. Dengan sistem kopling basah biaya maintenance dapat ditekan hingga 50 persen.
Selama ini, selain tipe katup Desmodromic, Ducati terkenal dengan dry clutch (kopling kering) yang mengeluarkan bunyi khas setiap tuas kopling hidrolis ditekan. Ciri ini hilang seiring kebijakan pabrikan Ducati di Bologna, Italia, yang menerapkan kopling basah di sebagian besar jajaran  produknya.
NUGROHO ADHI
Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi