Bunga Bank Tak Pengaruhi Penjualan Motor  
Reporter: Tempo.co
Editor: Setiawan Adiwijaya
Kamis, 14 Januari 2016 04:09 WIB
Karyawan PT Astra Honda Motor sedang melakukan perakitan sepeda motor Honda SupraX125. AHM merilis warna dan stripe baru Honda SupraX125 untuk memperkuat posisinya sebagai raja motor bebek. (Dok. AHM)
Iklan
Iklan

TEMPO.COJakarta - Marketing Director Astra Honda Motor Margono Tanuwijaya mengatakan naik atau turunnya suku bunga bank tidak mempengaruhi penjualan motor dalam jangka pendek. Selama ini penjualan motor lebih banyak dilakukan dengan cara kredit. "Sebanyak 70 persen penjualan sepeda motor dilakukan dengan cara kredit," katanya di Hyde Kemang, Rabu, 13 Januari 2016.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Margono, besaran bunga dalam kredit motor dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu suku bunga dan tingkat marginal product of labor (MPL). Kalau suku bunga turun, belum tentu harga di finance company akan turun. Sementara itu, jika MPL naik dan suku bunga turun, bunga berisiko naik. "Belum tentu finance company akan menurunkan suku bunga," katanya. 

Bunga kredit tidak akan berpengaruh terhadap penjualan motor, misalnya, kredit selama tiga tahun, nilai bunga akan kecil. Menurut Margono, penjualan akan membaik apabila suku bunga turun, tingkat perekonomian naik, dan daya beli masyarakat juga naik. 

Kemudian, confidence level juga harus membaik. Confidence level mempengaruhi iklim ekonomi di pasar. Margono berharap adanya paket kebijakan ekonomi akan memperbaiki tingkat penjualan motor.

Margono menyebutkan, faktor lain yang menjadi penyebab turunnya penjualan motor adalah naiknya harga bahan bakar minyak. Pasalnya, kenaikan harga BBM selalu diiringi dengan naiknya harga bahan baku dan kebutuhan pokok sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. "Harga bahan pokok bukan hanya karena biaya transportasinya, melainkan juga dipengaruhi oleh supply dan demand." 

Untuk produksi tahun ini, Honda masih akan tetap menyesuaikannya dengan permintaan pasar sehingga tidak mematok target dalam produksinya. Tujuannya untuk menjaga agar tidak terjadi over supply atau shock supply. "Kalau pasar stagnan dan market share masih sama dengan tahun lalu, yaitu 69 persen, lebih-kurang jumlah produksi akan sama dengan tahun lalu," tutur Margono.

LARISSA HUDA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi