Mabua Tutup, Komunitas Moge Sulit Cari Suku Cadang
Reporter: Tempo.co
Editor: Agus Supriyanto
Sabtu, 6 Februari 2016 14:09 WIB
Seorang model berpose di atas motor Harley Davidson saat berlangsungnya Milan Motorcycle Show di Milan, Italia. eicma.it
Iklan
Iklan

TEMPO.COJakarta - Anggota komunitas motor gede Harley-Davidson mengaku khawatir bakal kesulitan mencari suku cadang moge kesayangannya menyusul tutupnya distributor Harley, PT Mabua Harley-Davidson. "Kekhawatiran pasti ada untuk penggemar Harley-Davidson. Apabila butuh spare part, kami tidak tahu nanti harus mencari di mana, kecuali nanti ditunjuk dealer baru," kata Asisten Direktur Harley-Davidson Owners Group Chapter Jakarta Suherli di sela acara “Bakti Sosial Katarak” di Rumah Sakit Mata JEC, Jakarta, Sabtu, 6 Februari 2016.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perihal pengenaan pajak penjualan atas barang mewah, ia menganggap pemerintah mungkin memiliki tujuan dari pajak tersebut. Menurut dia, apabila persentase pajak ditinggikan, hal itu akan berdampak pada harga jual di Indonesia. 

Suherli mencontohkan, di Indonesia, harga motor HD mencapai Rp 800 juta-1 miliar. "Di luar negeri, harganya mungkin bisa Rp 300 juta dan kami kebanyakan membeli langsung dari Amerika Serikat. Kalau pajaknya tinggi, otomatis harganya tinggi," tuturnya.

Sejauh ini, kata Suherli, pengguna HD mengandalkan Mabua sebagai dealer resmi untuk mendapatkan suku cadang dan aksesori motor. Suherli dan rekan-rekan khawatir bakal kesulitan mencari spare part, servis, dan mencari motor baru. "Kecuali ada importir resmi yang punya izin, termasuk menjual spare part, kalau Mabua tutup," katanya.

Menurut Suherli, apabila Mabua tutup, hal itu akan menjadi peluang bisnis yang terus berjalan. Ia mengatakan pengguna Harley-Davidson sudah banyak tersebar di Indonesia. "Misalnya Mabua tutup, nanti ada yang lain. Kalau orang beli spare part sendiri bisa dikirim langsung, tapi mahal," ujarnya.

Agen PT Mabua Harley-Davidson, PT Mabua Motor Indonesia, secara resmi tidak memperpanjang masa keagenannya mulai 31 Desember 2015. Hal ini, menurut Direktur Mabua Motor Indonesia Djonnie Rahmat, disebabkan oleh berbagai kendala.

Kebijakan pemerintah soal tarif bea masuk serta pajak yang terkait dengan importasi dan penjualan motor besar dinilai terlalu memberatkan. "Faktor-faktor tersebut telah mengakibatkan kelesuan pasar serta penurunan minat beli," katanya dalam rilis tertulis di Jakarta, Jumat, 5 Februari 2016.

ARKHELAUS W.

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi