Soal Ekspor Mobil, Begini Strategi Lobi Indonesia ke Australia
Reporter: Tempo.co
Editor: Setiawan
Senin, 22 Mei 2017 11:21 WIB
Pesepeda melintas di depan deretan mobil yang di parkir di pelabuhan mobil Tanjung Priok, Jakarta, 18 Mei 2015. Bank Indonesia mencatat ekspor kendaraan dan suku cadangnya meningkat 5,5 persen (year on year/YoY) terutama terjadi pada negara tujuan Arab Saudi, Filipina, dan Jepang. Tempo/Tony Hartawan
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Hanoi - Ekspor kendaraan bermotor menjadi salah satu materi prioritas dalam perundingan dalam forum Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca: Australia, Tujuan Baru Ekspor Mobil Indonesia Otomotif menjadi isu strategis karena seluruh produsen kendaraan menutup pabriknya di Australia. Dalam pertemuan bilateral tersebut, Indonesia mengajukan barter tarif perdagangan produk otomotif dengan produk pertanian.

“Kalau mereka tidak mau memberikan tarif 0 persen untuk sektor pertanian, kami juga tidak mau memberikan 0 persen untuk manufaktur,” kata Direktur Jederal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo seusai menemui delegasi Australia di Hanoi, Vietnam, pada Sabtu malam, 20 Mei 2017.

Tahun lalu, sejumlah perusahaan otomotif menutup pabriknya di Australia, antara lain dua merek asal Amerika yakni Ford Motor Co dan General Motors Co. (GM), serta raksasa otomotif Jepang, Toyota Motor Corp. Ford menutup produksi pada Oktober 2016, disusul pabrik Holden milik GM dan Toyota yang akan stop produksi tahun ini.

Menurut Iman, pada sektor otomotif yang menjadi tantangan adalah kemampuan Indonesia merayu prinsipal untuk memperluas akses pasar. Ekspor kendaraan bukan ditentukan oleh pengendali manufaktur atau produsen, melainkan pihak prinsipal.

“Misalnya, Jepang langsung mengatur pasar globalnya. Kami tidak tahu bagaimana kebijakan Jepang tentang ekspor mobil di Australia," ujar Iman. "Tapi yang jelas, tarif otomotif menjadi pembahasan di IA-CEPA.”

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia berambisi masuk ke pasar Australia. Bahkan, eksportir kendaraan terbesar ini  telah melakukan survei ke Australia.

Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono sebelumnya mengatakan setelah melakukan survei Toyota akan menginformasikan ke pemerintah untuk dijadikan bahan perundingan dengan Australia.

“Kami masih studi. Yang pasti ini potensi dan akan segera kami pelajari,” kata Warih.

Menurut Warih, potensi Indonesia untuk menguasai pasar kendaraan di Australia sangat besar. Secara geografis, posisi Indonesia lebih dekat dibanding Thailand, yang juga eksportir kendaraan.

Toyota mencatatkan pertumbuhan ekspor dalam bentuk kendaraan utuh atau completely built up (CBU) yang signifikan. Pada kuartal I/2017, ekspor Toyota mencapai 49.300 unit, naik hingga 42,07 persen dibandingkan capaian pada kuartal I/2016 yang hanya sebanyak 34.700 unit.

Toyota juga mengekspor kendaraan secara terurai atau completely knock down (CKD). Untuk ekspor CKD tercatat sebanyak 12.300 unit, dan ekspor komponen di kisaran 24 juta unit. Ekspor untuk mesin bensin tipe TR mencapai 8.800 unit, mesin Ethanol tipe TR sebanyak 1.200 unit, mesin bensin tipe NR mencapai 20.300 unit, dan mesin Ethanol tipe NR sebanyak 1.000 unit.

Baca: Peluang Ekspor Mobil ke Australia Besar, tapi... Secara total, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada kuartal I/2017 total ekspor CBU 56.371 unit, naik 53,39 persen dibandingkan capaian pada kuartal I/2016 yang 36.750 unit.

BISNIS.COM

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi