Resep Marwan Buka Dealer Sepeda Motor Tua Laris Tanpa Beriklan
Reporter
Dinda Leo Listy (Kontributor)
Editor
Eko Ari Wibowo
Rabu, 18 Oktober 2017 12:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Meski tidak pernah memasang iklan di media, Marwan, 62 tahun, pemilik dealer sepeda motor tua, mengaku sering kewalahan meladeni banyaknya pesanan dari berbagai daerah di Indonesia. Ia membuka dealer rumahan di Jalan Slamet Riyadi Nomor 198, Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, yang dikenal sebagai pusatnya motor tua.
“Pernah ada pembeli dari Batam. Dia pesannya lewat telepon. Harga sepeda motornya cuma Rp 8 juta, sedangkan ongkos kirimnya sampai Rp 3 juta,” kata Marwan saat ditemui Tempo di rumahnya, Rabu, 18 Oktober 2017.
Baca: Diler Motor Tua di Solo Ini Menjual Honda C50 Hingga Vespa
Menurut Marwan, kejujuran adalah kunci utama yang menentukan sukses atau tidaknya seorang pedagang sepeda motor tua. “Kalau mesinnya kurang bagus dan ada beberapa bagian yang tidak orisinal, katakan dari awal. Sekali berbohong, pembeli pasti komplain, rusaklah nama Anda,” ucapnya.
Di sela wawancara, Marwan beberapa kali mengangkat telepon dari calon pembeli. Dalam tiap percakapan via telepon itu, Marwan langsung menjelaskan secara detail kondisi sepeda motor tua yang hendak dipesan serta harga yang dia tawarkan.
Berkat keteguhannya memegang prinsip jujur, Marwan mengklaim belum pernah dikomplain pembeli selama menjalankan usaha jual-beli sepeda motor tua sejak 1978. Sebaliknya pelanggan Marwan terus bertambah karena testimoni positif yang terus menyebar dari mulut ke mulut.
Baca: Kisah Honda C-70 yang Menemani Keseharian Mendiang Gesang
Marwan merintis usaha jual-beli sepeda motor tua sejak berusia 23 tahun. Ketika itu, Marwan sudah menikah dan dikaruniai tiga anak. Untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja sebagai tukang jahit pakaian.
“Saya hanya lulusan SMP (sekolah menengah pertama). Tapi saya punya cita-cita menyekolahkan anak-anak sampai jadi sarjana,” ujarnya yang kini memiliki lima anak dan delapan cucu. Bermodal tabungan dari hasil menjahit serta demi mencari tambahan penghasilan, Marwan mulai membeli dua sepeda motor bekas.
Keuntungan hasil penjualan sepeda motor tua itu dia putar lagi untuk modal menambah barang dagangan. Beruntung rumahnya berada di tepi jalur alternatif penghubung tiga kota besar, yakni Solo, Yogyakarta, juga Semarang, sehingga banyak pengguna jalan melirik ke sepeda motor tua miliknya yang dipajang di depan rumah.