UNY: Produksi Massal Mobil Listrik Terganjal Tingginya Biaya

Selasa, 25 Juni 2019 20:04 WIB

Mobil listrik Garuda UNY, karya mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, di Yogyakartra, Senin, 24 Juni 2019. TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berhasil menciptakan sebuah unit mobil listrik bernama Garuda UNY.

Namun untuk memproduksi massal mobil listrik bukan perkara gampang. Bukan hanya karena prosesnga panjang harus melewati berbagai uji, tapi persoalan klasik soal harga produksi bakal tinggi juga masih membayangi.

Hal itu diungkap Ketua Tim Mobil Listrik Garuda UNY, Adhe Herlambang ditemui di kampus Fakultas Teknik UNY Yogyakarta, Senin, 24 Juni 2019.

Dari komponen yang digunakan untuk membuat mobil listrik, sebagian besar memang diproduksi sendiri. Seperti sasis, kaki kaki, dashboard, bodi dan lainnya.

Bisa dibilang mobil Garuda yang menghabiskan investasi sebesar Rp 150 juta itu, komponen bahannya 90 persen bisa diperoleh dari dalam negeri. Baru sisa komponen lainnya masih impor dari Cina.

Advertising
Advertising

Sayangnya, sedikit komponen yang impor ini bagian paling vital dari mobil listrik.

Baca juga: Test Drive Mobil Listrik Garuda UNY, 4 Bagian Ini Perlu Perbaikan

"Komponen terpenting mobil listrik ada tiga, yakni motor listrik, controller, dan baterai. Jika tiga komponen itu Indonesia bisa memproduksi sendiri, ongkos produksi mobil listrik bisa sangat ditekan, kami bisa low cost manufacture," ujar Adhe.

Mobil listrik Garuda UNY ini digerakkan dengan motor listrik BLDC (Brushless Direct Current) berdaya 10 kiloWatt. Adapun sumber tenaga menggunakan baterai 48V 75AH.

"Harga motor dan controller yang impor saja mencapai Rp 32 juta," ujarnya.

Adhe meyakini, jika Indonesia bisa memproduksi sendiri motor listrik, controller, dan baterai maka bakal banyak bertumbuh industri yang memproduksi dan memilih mobil listrik di tanah air karena murahnya biaya produksinya.

Simak video test drive mobil listrik Garuda UNY:

Adhe dan timnya sumringah, mendengar kabar Indonesia akan dibangun pabrik pembuat motor listrik, controller dan juga baterai.

Terlebih, ujar Adhe, saat memperkenalkan mobil listrik Garuda dalam peringatan Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ke- 55, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir Jumat, 21 Juni 2019, lalu juga membawa kabar baik.

Bahwa pemerintah Indonesia kini tengah menyiapkan pembanguan sebuah pabrik baterai di Halmahera dan Morowali, yang diperkirakan mulai bisa produksi massal tahun 2020 atau selambat lambatnya 2021. Namun untuk pendirian pabrik produksi motor dan controller belum terdengar kabarnya.

"Kolaborasi kampus, pemerintah, dan industri itu sekarang perlu sekali untuk pengembangan mobil listrik ini, berat kalau kampus berjalan sendiri apalagi jika arahnya mau di bawa ke produksi massal," ujarnya.

Baca juga: Mobil Listrik Garuda UNY Diperkenalkan, Simak Spesifikasinya

Kepala Jurusan Program Studi Otomotif Fakultas Teknik UNY Zainal Arifin mengungkapkan sempat ditanyakan berapa harga mobil listrik Garuda UNY jika bisa dijual.

Zainal menuturkan saat ini beberapa produsen memang ada yang menawarkan moda listrik ini sampai Rp 30 juta. Sedangkan untuk riset saja mobil Garuda habis Rp 90 juta. Jika melihat kondisi ongkos produksi dan harga jual pasaran tentu tak sebanding.

"Kalau mau dikembangkan ya mari kolaborasi agar bisa diproduksi massal dan harga bisa bersaing," ujarnya.

Zainal mengatakan mimpi pemerintah mewujudkan proyek prestisius Mobil Listrik Nasional atau Molina yang digaungkan sejak tiga tahun silam butuh pengawalan kongkret.

Sejauh ini yang muncul dari impian Molina itu masih riset-riset dasar dari sejumlah kampus yang ditunjuk saat itu. Misalnya universitas A mengembangkan baterai, universitas B mengembangkan motor listrik, atau universitas C mengembangkan sasis dan bodi.

"Kampus bisa diajak berkolaborasi sesuai potensi kelebihan masing dibarengi payung hukum jelas, karena sekarang belum ada regulasi yang mengatur kolaborasi itu, seperti perpres (peraturan presiden) nya," ujarnya.

Menurut Zainal, jelas tak mungkin menjadikan kampus sebagai area pabrik untuk memproduksi massal mobil listrik. Kampus bisa berkolaborasi menghasilkan prototype lalu produksi massal dilakukan industri. Adapun pemerintah bisa menjamin dan melindungi ruang lingkup kampus dan industri sehingga mobil listrik nasional bisa diproduksi.

Berita terkait

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

4 hari lalu

Bahas Tantangan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia, BRIN: Perlu Fokus

Implementasi program kendaraan listrik dinilai harus didukung ekosistem yang memadai.

Baca Selengkapnya

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

6 hari lalu

Ada 11.377 Pengecasan Mobil di SPKLU Sepanjang Periode Lebaran, Naik Lima Kali Lipat

Kenaikan transaksi di SPKLU tersebut tercatat hingga H+7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

10 hari lalu

Bersaing Sengit Lawan Produsen Mobil Listrik China, Tesla Mau Bikin Mobil Listrik Murah Tahun Ini

Tesla akan terus mengembangkan robotaksis self-driving, yang dikembangkan dari platform kecil, yang akan digunakan untuk mobil listrik murah Tesla.

Baca Selengkapnya

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

10 hari lalu

PLN Jamin Ketersediaan SPKLU di Banten untuk Dukung Arus Balik Lebaran

PLN menjamin ketersediaan SPKLU di Banten untuk mendukung pemudik yang menggunakan mobil listrik.

Baca Selengkapnya

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

11 hari lalu

Mudik dengan Mobil Listrik, Ada 216 Penggunaan SPKLU Solo selama Periode Lebaran

PLN UP3 Surakarta telah menyiagakan sejumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dalam tol dan luar tol di wilayah kerjanya untuk momentum Lebaran 2024. Persiapan itu mendapat animo positif para pemilik kendaraan listrik dengan penggunaan SPKLU yang tercatat hingga 216 pengguna selama periode Siaga Lebaran mulai 1 hingga 16 April 2024.

Baca Selengkapnya

GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

11 hari lalu

GM PLN UID Banten Operasikan 51 Unit SPKLU, Layani Arus Balik Jalur Mudik Tol Jakarta-Merak

Di setiap lokasi rest area SPKLU terdapat posko siaga PLN yang dapat dimanfaatkan para pengguna mobil listrik untuk beristirahat dan menunggu pengisian baterai.

Baca Selengkapnya

7 Orang Terkaya di Dunia Versi Forbes, Pemilik Louis Vuitton Kalahkan Bos Amazon dan Tesla

15 hari lalu

7 Orang Terkaya di Dunia Versi Forbes, Pemilik Louis Vuitton Kalahkan Bos Amazon dan Tesla

Forbes merilis orang terkaya di dunia, nomor 1 Bernard Arnault pemilik Louis Vuitton. Selanjutnya Jeff Bezos dan Elon Musk. Prajogo Pangestu ke berapa

Baca Selengkapnya

PLN Siapkan 39 SPKLU Sepanjang Trans Sumatera untuk Dukung Arus Mudik Lebaran

18 hari lalu

PLN Siapkan 39 SPKLU Sepanjang Trans Sumatera untuk Dukung Arus Mudik Lebaran

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa pemetaan SPKLU dilakukan secara nasional, termasuk jalur tol Trans Sumatera.

Baca Selengkapnya

Mudik Lebaran ke Bali dengan Mobil Listrik? Ini Titik-titik SPKLU di Pulau Dewata

20 hari lalu

Mudik Lebaran ke Bali dengan Mobil Listrik? Ini Titik-titik SPKLU di Pulau Dewata

PT PLN (Persero) telah menyiapkan 76 SPKLU di 30 lokasi di Bali untuk mendukung mobilitas kendaraan listrik selama periode Lebaran tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Mudik Lebaran Pakai Kendaraan Listrik? Berikut SPKLU yang Tersedia di Tol Trans Jawa

20 hari lalu

Mudik Lebaran Pakai Kendaraan Listrik? Berikut SPKLU yang Tersedia di Tol Trans Jawa

SPKLU di rest area-nya memiliki dua nozzle dan berkapasitas 60 kWh, sehingga bisa mengecas daya secara cepat. Sehingga mudik Lebaran lebih efisien.

Baca Selengkapnya