TEMPO.CO, Yogyakarta - Mobil listrik bernama Garuda yang diproduksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memiliki sejumlah kelebihan dan juga beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki.
Tempo berkesempatan mencicipi mobil listrik mungil ini. Test drive didampingi Ketua Tim Mobil Listrik Garuda UNY, Adhe Herlambang pada Senin siang, 24 Juni 2019, di sekitar kampus Fakultas Teknik UNY Yogyakarta.
Memasuki mobil mobil berkapasitas dua penumpang itu yang tingginya hanya 1,5 meter memang terasa agak sempit dibanding mobil hatchback umumnya. Meskipun setelah duduk terasa biasa.
Bagian dalam mobil yang bisa digeber maksimal 70 km perjam itu pun sudah cukup lengkap dengan sejumlah komponen layaknya mobil komersil. Speedometer bernuansa digital, radio pada dashboard, indicator daya serta sistem perseneling berbentuk tombol menambah kesan mobil listrik ini tampak modern.
Baca juga: Garuda UNY, Mobil Listrik Karya Universitas Negeri Yogyakarta
Saat coba dipacu secara umum mobil yang produksinya menelan dana Rp 150 juta itu memiliki tarikan cukup halus. Walaupun penggerakanya hanya menggunakan motor listrik BLDC (Brushless Direct Current) berdaya 10 kilowatt.
Karena kawasan kampus Fakultas Tekni saat itu cukup ramai mahasiswa lalu lalang, mobil hanya digeber dengan kecepatan sekitar 20-40 km/jam. Mobil terasa stabil selama trek lurus dan kemudi enteng untuk berbelok.
Ketua Tim Mobil Listrik Garuda UNY, Adhe Herlambang, Senin, 24 Juni 2019. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Yang menjadi catatan, selama perjalanan masih terdengar suara berdecit yang berasal dari pegasnya. Suara gesekan rantai ‘krecek,krecek, krecek’ juga masih terdengar jelas karena belum menggunakan belt.
Untuk sistem pengereman juga masih terasa berat dan kaki harus menekan tuas rem cukup dalam. Sedangkan sistem peredaman suara di dalam kabin juga belum maksimal sehingga suara dari luar masih terdengar bergemuruh saat kaca ditutup.
Adhe menuturkan untuk suspensi memang masih menjadi pekerjaan rumah timnya. Empat unit suspensi yang tertanam pada mobil itu masih menggunakan shock darurat yang diadopsi dari motor Suzuki Satria FU 150 cc.
“Dari penelitian spesifikasi tekanan sebenarnya diperoleh spesifikasi suspensi ideal mobil ini 600 lb untuk menahan beban, tapi di pasaran pegas ini tak tersedia, akhirnya sementara kami pakai dari Satria FU yang uji pembebanannya paling mendekati,” ujarnya.
Adhe menuturkan pegas untuk mobil listrik ini memang tak mengambil dari mobil komersil karena pembebanannya berbeda. Mobil komersil rata-rata pembebanannya memakai pegas yang kuat menahan di atas beban 1 ton, sedangkan mobil listrik ini hanya 500 kg.
Interior mobil listrik Garuda UNY. TEMPO/Pribadi Wicaksono
“Kalau pakai pegas mobil dampaknya terasa semakin keras saat dikendarai,” ujarnya.
Adhe juga menuturkan untuk sistem pengereman memang masih butuh penamabahan komponen seperti booster. Agar sistem pengereman mobil yang penggeraknya ditanam di belakang itu bekerja lebih cepat dan enteng.
Sedangkan untuk suara yang berasal dari rantai menurut Adhe memang perlu diganti menggunakan sistem penggerak lain seperti belt atau gear.
Baca juga: Mobil Listrik Garuda UNY Diperkenalkan, Simak Spesifikasinya
Untuk lampu lampu mobil ini juga seluruhnya sudah memakai LED untuk mengejar konsumsi daya baterai lebih hemat. Termasuk pada bagian lampu kabutnya.
Uniknya mobil listrik ini memiliki dua bagasi, yang berada di bagasi belakang dan satu lagi di bagian bawah kap depan. Sebab mesin motor listrik yang dimensinya kecil diletakkan di samping gardan. Sehingga bagian kap depan masih lowong untuk bagasi kedua.
“Ban serep diletakkan di bagian kap depan juga memungkinkan karena kosong,” ujarnya.