Mobil listrik Mercedes-Benz EQS mulai dirakit di Pabrik Sindelfingen di Jerman. (Mercedes-Benz/Carscoops)
TEMPO.CO, Jakarta - PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia menanggapi hasil studi mobil listrik yang dilakukan Consumer Report atau CS di Amerika Serikat.
Menurut CS, hasil studi menunjukkan bahwa mobil listrik sama sekali tidak dapat diandalkan. Sistem infotainment dan fitur teknologi umum pada mobil listrik membuatnya semakin kompleks.
Deputy Director Sales Operations Product Management PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) Kariyanto Hardjosoemarto menyatakan tidak setuju dengan studi tersebut.
Dia berpendapat teknologi dan inovasi pada mobil listrik justru lebih memudahkan konsumen.
“Saat ini memang mobil listrik masih banyak yang charge-nya lama tapi jarak tempuhnya pendek. Tapi ketika nanti teknologinya sudah dikembangkan, charge jadi lebih cepat dan jarak tempuh lebih panjang. Menurut saya itu akan memudahkan pelanggan,” kata Kariyanto saat ditemui Tempo di Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu, 1 Desember 2021.
Menurut Keri, sapaan akrab Kariyanto, inovasi apapun memiliki tujuan untuk memudahkan penggunanya. Setiap produsen mobil listrik pasti menyediakan layanan after sales, khususnya untuk maintenance mobil listrik.
“Penjual tentu tidak akan membiarkan konsumennya kesulitan untuk mengoperasikan kendaraannya."
Petinggi Mercedes-Benz Indonesia ini pun mengungkapkan bahwa saat ini produsen mobil listrik terus berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi baru, seperti memperpanjang jarak tempuh, komposisi baterai, hingga komponennya.