Terdampak Corona, Penjualan Mobil April-Mei Diperkirakan Turun

Reporter

Antara

Jumat, 17 April 2020 12:31 WIB

Ribuan pengunjung memadati ruang pamer kendaraan di ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) ke-27 tahun 2019 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu, 21 Juli 2019. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan mobil nasional pada bulan April dan Mei diprediksi akan semakin anjlok, menyusul berhentinya pabrik-pabrik otomotif, dirumahkannya pegawai di industri tersebut karena pandemi virus corona baru (COVID-19), menurut pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu.

"Sekarang kalau kita lihat industri otomotif mati semua, stop produksi. Diler otomatis pada tutup, dan dia tidak bisa memasarkan kalau tidak ada pegawai. Jalur distribusi ke hilir pun stop," kata Yannes saat dihubungi ANTARA, Kamis, 16 April 2020.
Lebih lanjut, dengan ditetapkannya pandemi COVID-19 sebagai bencana nasional, masyarakat menjadi lebih memprioritaskan kebutuhan primernya daripada tersier seperti membeli kendaraan.

"Di kondisi seperti ini, masyarakat pasti safety first. Akibatnya, kendaraan yang termasuk barang konsumsi tersier, jadi pembelian akan drop drastis," kata akademisi Institut Teknologi Bandung itu.

Momen Ramadan dan Lebaran Idul Fitri yang biasanya mampu mendongkrak keinginan masyarakat untuk membeli mobil baru pun ia nilai juga tidak terlalu berdampak besar, karena daya beli berkaitan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedang tidak baik.

"Diprediksi kalau berlanjut sampai Juli, menuju ke puncak peledakan kedua atau mudik dari Jabodetabek ke daerah lebih meluas dan parah, akibatnya bisa sampai akhir tahun drop dan kebutuhan tersier tidak akan dilihat," ujar Yannes.

Sementara, kondisi ini berbanding lurus dengan keadaan di pelaku industri otomotif, yang ia ibaratkan seperti efek bola salju.

"Efeknya di rantai pasok. Orang tidak ada yang mau beli, industri juga tidak produksi, sales juga tidak ada yang jalan. Kalaupun ada, itu sisa-sisa inden sebelum COVID ini ramai," kata Yannes.

Indonesia, walaupun mampu merakit mobil sendiri dengan komponen lokalnya (local content), juga masih membutuhkan komponen dari negara lain yang memproduksi, seperti India, Cina, dan Thailand.

"Otomotif ini multinasional, kalau negara induknya (principal) tidak bisa kirim komponen, tidak bisa produksi, jadi tidak bisa dibuat (mobilnya). Saling berkaitan," kata dia.

Yannes juga menilai, komponen lokal yang ada di Indonesia jumlahnya terbatas, dan stok di after market juga tidak memungkinkan untuk dipakai.

Karena terbatasnya stok komponen di dalam negeri, memaksa pelaku industri otomotif tidak dapat menyelesaikan proses perakitan produknya.

Ia berharap, kondisi bisa membaik perlahan setidaknya pada Juli, dimana rantai virus dapat dihentikan dan pemulihan penjualan dan ekonomi dapat terlihat.

"Mudah-mudahan skenario super optimistis pada Juli ini sudah normal, sehingga rantai virus corona ini bisa dihentikan," kata Yannes.

"Akhir tahun bisa pelan-pelan recovery di akhir Desember. Otomatis penjualan hancur, ya, paling bagus 20 persen dari penjualan umum pada periode yang sama di tahun kemarin," ujarnya.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

9 hari lalu

Ramadan-Lebaran 2024, Tokopedia: Produk Kebutuhan Harian hingga Fesyen Paling Laris

E-Commerce Communications Director Shop Tokopedia, Nuraini Razak mengungkap tren belanja sepanjang Ramdan dan Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya