Renault-Nissan India Bantah Langgar Prokes Covid-19 di Pabrik

Reporter

Terjemahan

Minggu, 23 Mei 2021 15:27 WIB

Logo Renault dan Nissan terlihat di depan dealer perusahaan di Reims, Prancis, 9 Juli 2019. REUTERS / Christian Hartmann

TEMPO.CO, Jakarta - Renault-Nissan menepis kekhawatiran serikat pekerja yang menuduh bahwa aliansi itu melanggar protokol kesehatan Covid-19 di pabrik di India. Hal tersebut disampaikan perusahaan aliansi asal Prancis dan Jepang itu di pengadilan India.

Renault-Nissan India dan para pekerja di pabriknya di negara bagian selatan Tamil Nadu terlibat perselisihan hukum setelah para pekerja mengajukan petisi ke pengadilan untuk menghentikan operasi karena protokol kesehatan dilanggar dan tunjangan kesehatan yang diberikan perusahaan tidak sebanding dengan risiko pekerja.

Sebagai tanggapan, Renault-Nissan telah membantah dalam pengajuan pengadilan - yang tidak dipublikasikan - bahwa ada "kebutuhan yang mendesak" untuk melanjutkan operasi guna memenuhi pesanan domestik dan ekspor. Aliansi itu mengklaim bahwa semua protokol kesehatan Covid-19 telah dilakukan.

Kasus selanjutnya akan disidangkan pada hari Senin, 24 Mei 2021, di Pengadilan Tinggi Madras ketika pemerintah negara bagian, yang juga pihak dalam kasus tersebut, diharapkan untuk memberikan tanggapannya.

Pertarungan hukum menyoroti tantangan yang dihadapi perusahaan besar untuk tetap beroperasi di India di tengah meningkatnya kekhawatiran dari karyawan tentang kesehatan dan keselamatan mereka.

"Ini adalah masalah hidup versus mata pencaharian," M Moorthy, sekretaris jenderal serikat pekerja Renault Nissan India yang mewakili semua 3.500 pekerja pabrik tetap, mengatakan kepada Reuters, Minggu, 23 Mei 2021.

"Kami hanya ingin protokol jarak sosial diikuti dan manajemen bertanggung jawab atas segala risiko bagi pekerja atau anggota keluarga mereka."

Pabrik yang memproduksi mobil Nissan, Renault dan Datsun ini mempekerjakan 3.000 pekerja kontrak, 2.500 staf, dan 700 magang.

Nissan, yang memiliki saham mayoritas di pabrik Renault-Nissan India, menolak berkomentar untuk artikel ini.

Pejabat pemerintah negara bagian tidak menanggapi permintaan komentar.

India saat ini menghadapi gelombang kedua infeksi virus corona. Tamil Nadu adalah salah satu negara bagian yang paling parah terkena lebih dari 30.000 kasus setiap hari.

Negara bagian itu, sebuah hub otomotif yang dijuluki sebagai "Detroit" di India, telah memberlakukan penguncian penuh (lockdown) hingga 31 Mei tetapi telah mengizinkan beberapa pabrik, termasuk mobil, untuk terus beroperasi.

Pengajuan pengadilan Renault-Nissan pada 16 Mei menunjukkan bahwa mereka memiliki pesanan ekspor yang tertunda sekitar 35.000 kendaraan untuk periode Mei-Oktober, yang jika tidak dipenuhi dapat menyebabkan penalti dan hilangnya bisnis.

Perusahaan ini juga memiliki 45.000 pemesanan domestik yang tertunda untuk mobil Nissan Magnite dan Renault Kiger yang baru saja diluncurkan.

Baca juga: Dihantam Tsunami Covid-19, Industri Otomotif India Merana

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

11 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

14 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

3 hari lalu

Mengenal Lawrence Wong, Perdana Menteri Singapura Baru yang Jago Main Gitar

Berasal dari kalangan biasa, Lawrence Wong mampu melesat ke puncak pimpinan negara paling maju di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

3 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

5 hari lalu

Pelapor COVID-19 Cina Diperkirakan Bebas setelah 4 Tahun Dipenjara

Seorang jurnalis warga yang dipenjara selama empat tahun setelah dia mendokumentasikan fase awal wabah virus COVID-19 dari Wuhan pada 2020.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

9 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

9 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

9 hari lalu

Bukan Akibat Efek Samping, Ini Kata AstraZeneca yang Tarik Stok Vaksin Covidnya di Dunia

Perusahaan farmasi AstraZeneca telah memutuskan menarik stok vaksin Vaxzefria dari seluruh dunia. Waktunya bareng dengan sidang gugatan.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

13 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

15 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya