TEMPO.CO, Jakarta - PLN melibatkan tujuh perguruan tinggi negeri dalam program pengembangan listrik menargetkan operasionalisasi bus bertenaga listrik di sejumlah kawasan terbatas mulai April 2019. Sofyan Basir, Direktur Utama PLN, mengatakan bahwa dalam pengembangan bus listrik, perguruan tinggi negeri akan mempersiapkan rancangan kendaraan, analisis biaya, pengujian performa, dan kemudian pembangunan beberapa model sistem kendaraan listrik.
"Ini akan diuji coba nanti," kata Sofyan dalam acara penandatangan perjanjian kerja sama antara PLN dengan 7 perguruan tinggi negeri, Rabu 28 Februari 2018.
Baca: Begini Rasanya Menjajal Mitsubishi Outlander PHEV, Kabin Senyap
Ketujuh perguruan tinggi tersebut Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Udayana (Unud).
Sofyan mengatakan bus listrik akan beroperasi di area terbatas, seperti kampus tujuh perguruan tinggi negeri itu, kawasan wisata Nusa Dua Bali, kompleks Stadion Gelora Bung Karno, dan Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Joni Hermana, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), mengatakan hampir seluruh komponen untuk pengembangan mobil listrik sudah bisa diproduksi di Indonesia, kecuali baterainya.
Dia mengatakan untuk baterai memang ada beberapa komponen yang membuat Indonesia tergantung dengan asing. "Jadi hambatan kalau bisa dibilang baterai tergantung pada asing," ujarnya.
Baca: Menteri Airlangga: PPnBM Mobil Listrik Diusulkan Nol Persen
Kadarsah Suryadi, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan terdapat tiga komponen dalam inovasi yaitu CIS, commitment, involvement, dan support.
Sebetulnya, pengembangan bus bertenaga listrik di Indonesia telah dikembangkan sejak lama. Namun, seiring dengan bergantinya rejim, kabar bus listrik seperti hilang diterpa angin.