TEMPO.CO, Jakarta - Impor mobil completely built up (CBU) mengalami peningkatan. PT Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan satu penyebab pabrikan melakukan impor CBU lantaran skala ekonomi produksi lokal yang tak tercapai dan ketersediaan suku cadang.
Executive General Manager TAM Fransiscus Soerjopranoto mengatakan bahwa untuk melokalisasi kendaraan bermotor memerlukan tambahan investasi. Suntikan dana digunakan untuk menyiapkan jalur produksi, rantai pasokan komponen, hingga sumber daya manusia. “Kalau lebih menguntungkan (produksi lokal), pasti pabrikan akan investasi,” katanya kepada Bisnis, Rabu 21 Maret 2018.
Dia mengatakan yang terjadi saat ini adalah keterbatasan pemasok suku cadang. Dalam hal itu pemerintah perlu turun tangan. Pemerintah jangan hanya bicara dalam level pabrikan.
Baca: Vietnam Setujui VTA Indonesia untuk Ekspor, Ini Reaksi Toyota
Akan tetapi bagaimana memberikan stimulus positif bagi industri komponen dari tier 1 hingga tier 3, sehingga memiliki kualitas setara produk dari negara lain. “Contoh sekarang wiring. Pemasok dari Thailand itu lebih kompetitif dan maju,” kata Soerjo.
Soerjo yakin memajukan industri komponen lokal akan memberikan kepercayaan diri bagi pabrikan yang hendak memproduksi mobil di dalam negeri. Hal ini pun akan berimbas pada industri otomotif secara keseluruhan.
Dengan demikian APM akan berpikir dua kali untuk memasok mobil berstatus CBU. Sepanjang dua bulan pertama 2018, TAM juga ikut menyumbang pertumbuhan impor mobil utuh.
Dibandingkan Januari-Februari 2017, tahun ini CBU Toyota naik 44,66 persen menjadi 4.000 unit. Perusahaan beralasan kenaikan disebabkan oleh kenaikan permintaan mobil serbaguna (MPV) Voxy.
Baca: Masa Inden All New Toyota Rush Tembus 5 Bulan, Ini Langkah TAM
Selain itu mobil mewah Alphard dan kabin ganda Hilux juga berperan besar. Selain TAM, impor CBU PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) juga naik signifikan. City car Ignis menyumbang 71,4 persen volume impor.
PT Suzuki Indomobil Motor (SIM), pabrik perakitan Suzuki di Indonesia tengah menunggu penjualan Ignis stabil hingga 2 tahun ke depan. Hal ini dilakukan untuk melakukan lokalisasi mobil yang saat ini didatangkan dari India tersebut.
Ryohei Uchiki, General Manager Strategic Planning Department PT SIM, mengatakan melokalisasi produk bukan perkara mudah. Strategi itu melibatkan banyak uang untuk investasi alat produksi. “Kami serius untuk pikir kemungkinannya [rakit di Indonesia],” katanya.
Uchiki menjelaskan Ignis sengaja masuk sebagai kendaraan impor utuh pada kuartal kedua 2017. Perusahaan menilai mobil ini bermain di ceruk pasar yang kecil.