TEMPO.CO, Jakarta - Bukan hanya bentuknya, pengguna jasa alias penumpang bus pun ada tipenya. Dan saat ini yang sering terjadi di lapangan, para penumpang bus rata-rata tidak suka jika bus yang ditumpanginya sering berhenti.
Baca: Mencicipi Perjalanan Bus Trans Jawa Rute Jakarta-Solo, Mewah
Seperti yang disampaikan Kepala Subdit Angkutan Barang Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Deny Kusdiana. Menurutnya, penumpang bus saat ini rata-rata hanya ingin berhenti sesekali saja, itu pun jika diperlukan. Jika tidak lebih baik melanjutkan perjalanan.
“Jadi fenomena di lapangan juga banyak sekarang fenomena untuk bus AKAP (antar Kota antar Provinsi) itu pengguna jasa lebih senang tidak banyak berhenti, jadi berhentinya di tempat-tempat tertentu untuk makan, atau untuk kepentingan perusahaan untuk cek penumpang misalnya,” ujarnya kepada wartawan, di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, Kamis 14 Februari 2019.
“Kebanyakan transit misal di terminal itu tidak mereka sukai malah,” tambah Deny.
Selain itu, lanjut Deny, dengan adanya jalan tol Trans Jawa, masyarakat dirasa akan lebih merasa senang, karena jarak tempuh akan lebih dekat untuk sampai ke tujuan. Dengan begitu otomatis masyarakat akan memilih jalur tol ketimbang jalur biasa, termasuk para pengguna jasa bus.
Simak: Tiket Bus Mewah Jakarta-Solo Rp 50 Ribu, Simak Cara Membelinya
“Jadi pasti secara otomatis walau misalkan dulu mungkin enggak ada jalan tol, sehinggga dia keluar dari Cirebon, Berebes, tapi setelah ada tol otomatis mereka menggunakan itu jadi lebih cepat karena itu jadi kepuasan pengguna jasa (penumpang) juga,” ujarnya.