Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rahasia Jalanan di Jepang Bebas Macet, Warganya Doyan Jalan Kaki

image-gnews
Kondisi jalanan di Shibuya, Tokyo yang didominasi pejalan kaki. (Foto: TEMPO/Dicky Kurniawan)
Kondisi jalanan di Shibuya, Tokyo yang didominasi pejalan kaki. (Foto: TEMPO/Dicky Kurniawan)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemandangan warga yang doyan berjalan kaki menjadi hal yang biasa di Jepang. Hampir di setiap sudut kotanya, kita akan menemui warga yang pergi sekolah atau bekerja dengan berjalan kaki.

Hal inilah yang nampaknya membuat jalanan di Jepang terbebas dari kemacetan. Sebab, masyarakat di negara itu lebih memilih untuk jalan kaki, naik transportasi umum, atau bersepeda dalam aktivitas sehari-harinya.

Berdasarkan pantauan Tempo di jalanan Shibuya, Tokyo, meskipun jalanan di kota tersebut tidak begitu lebar, namun tidak ada antrean kendaraan yang terjadi. Bahkan, sisi jalan pun dijadikan untuk parkir dan tetap tidak mengganggu lalu lintas sekitar.

Antrean kendaraan yang kami lihat hanya terjadi di persimpangan atau di lampu lalu lintas. Bahkan, kendaraan yang melintas di Jepang selalu mendahulukan pejalan kaki untuk melintas, meskipun di setiap persimpangan sudah ada lampu lalu lintas yang mengatur waktu menyebrang pejalan kaki.

Menariknya, di wilayah ini kami melihat orang Jepang yang berjalan kaki justru lebih banyak dibandingkan dengan populasi kendaraan. Apalagi, mayoritas kendaraan yang melintas merupakan bus transportasi publik, taksi, dan kendaraan pribadi.

Selain itu, kami hampir sangat jarang melihat sepeda motor yang melintas di jalanan sekitar Shibuya. Kendaraan roda dua yang kami lihat hanyalah sepeda dan juga skuter atau otoped.

Jepang memang dikenal sebagai negara yang sangat mengandalkan transportasi publik. Transportasi seperti kereta dan bus rata-rata menjadi pilihan utama warga Jepang untuk menempuh perjalanan ke lokasi tujuannya masing-masing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Padahal Jepang merupakan negara yang melahirkan banyak pabrikan kendaraan ternama di dunia. Bahkan, berdasarkan data CEIC, pada September 2023, jumlah kendaraan bermotor yang terjual di Negeri Matahari Terbit ini mencapai 437.493 unit.

Memang transportasi publik yang tersedia di Jepang terbilang sudah memadai dan nyaman untuk digunakan, sehingga warga Jepang lebih memilih bepergian menggunakan transportasi umum. 

Dengan kata lain, transportasi publik mampu mencegah macet di jalanan Jepang. Lantas, apakah bisa konsep penggunaan transportasi publik ini diterapkan di Tanah Air? Dan apakah konsep ini bisa mengurangi kemacetan di Indonesia?

Pilihan Editor: Ducati Multistrada V4 RS Akan Hadir di Indonesia, Pakai Mesin Superbike

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di grup Telegram GoOto

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

5 jam lalu

Gunung Fuji Jepang (Pixabay)
Pemandangan Indah Gunung Fuji di Jepang Kini Ditutup, Apa Sebabnya?

Pemasangan dinding diharapkan bisa mencegah orang berkumpul di seberang jalan untuk mengambil foto Gunung Fuji di Jepang dan mengganggu sekitar.


Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

9 jam lalu

Acara penandatanganan Kontrak Kerja sama Bantuan Hibah dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Jepang pada 1 Mei 2024, untuk proyek pengenalan, diseminasi, dan pelatihan penggunaan peralatan sederhana untuk mendorong proses produksi, pengolahan, dan penjualan guna meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua. Sumber: dokumen Kedutaan Besar Jepang di Jakarta
Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua


Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

11 jam lalu

Chen Qing Chen. Doc. BWF.
Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.


Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

15 jam lalu

Kento Momota. Doc. BWF.
Kento Momota Ingin Tetap Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis setelah Pensiun, Apa Saja yang Akan Dilakukannya?

Piala Thomas 2024 menjadi turnamen keenam yang diikutinya sepanjang karier Kento Momota sejak debut di ajang ini 2014.


Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

16 jam lalu

Konsep foto album 17 IS RIGHT HERE SEVENTEEN. (pledis.co.kr)
Diduga Dibuang di Jalanan Shibuya, Album SEVENTEEN Duduki Puncak Tangga Lagu Jepang

Album SEVENTEEN menduduki peringkat pertama tanggal album utama di Jepang, tapi baru-baru ini viral video album itu dibuang


Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

1 hari lalu

Karubi Maru menghadirkan konsep open kitchen. (dok. Istimewa)
Sensasi Menyantap Daging Yakiniku dalam Jyubako

Yakiniku yang disajikan dalam Jyubako atau bento box memberikan kesan menarik dengan makanan yang bervariasi, kaya nutrisi, dan terkontrol porsinya.


Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

1 hari lalu

Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?


68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

1 hari lalu

Pasien penyakit Minamata kongenital Shinobu Sakamoto, bersama  ibunya Fujie duduk di sebuah mobil saat mereka menuju sebuah rumah sakit di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 14 September 2017.Sakamoto adalah salah satu korban dari bencana industri tahun 1950 dimana puluhan ribu orang terkena racun air limbah dari pabrik kimia di teluk Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?


Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

2 hari lalu

Pokmon Scarlet dan Violet, entri terbaru dalam franchise Nintendo yang sudah berjalan lama. (Nintendo)
Kasus Terbaru Peretasan Game Pokemon, Jual Monster 4 Bulan Raup Jutaan Yen

Faktanya, ini bukan kasus pertama karena peretasan data dalam game-game Pokemon merajalela di antara pemain curang.


Masjid Indonesia Nagoya di Jepang Mulai Dibangun, Selesai 2025

2 hari lalu

Ilustrasi toa masjid. Twitter
Masjid Indonesia Nagoya di Jepang Mulai Dibangun, Selesai 2025

Masjid Indonesia Nagoya sudah memasuki tahap pembangunan. Nilai proyek masjid Indonesia ini sekitar Rp 9,9 miliar.