TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya mobil listrik murah dari produsen Cina telah meningkatkan tekanan bagi produsen mobil lama. Para pabrikan mobil lama ini banyak mencari pemasok baru untuk bisa menekan biaya produksi dan mengembangkan mobil listrik dengan harga lebih murah.
"Para pembuat mobil sekarang hanya beralih ke kendaraan dengan harga terjangkau, karena mereka sadar bahwa mereka harus melakukannya atau mereka akan kalah dari pabrikan Tiongkok," kata Ketua Startup Brill Power, Andy Palmer, dikutip dari Reuters hari ini, Senin, 11 Desember 2023.
Lebih lanjut Palmer, yang merupakan mantan CEO Aston Martin, juga mengatakan bahwa kekhawatiran akan melambatnya permintaan karena mahalnya harga mobil listrik. Hal itu telah menciptakan urgensi untuk mengurangi biaya produksi agar bisa menekan harga jualnya.
Sejumlah pabrikan telah memulai langkah pengurangan biaya produksinya. Misalnya, Renault yang mengumumkan rencana untuk mengurangi biaya sebesar 40 persen untuk kendaraan listrik guna mencapai keseimbangan harga dengan model berbahan bakar fosil.
Kemudian ada Stellantis yang sedang membangun pabrik di Eropa bekerja sama dengan CATL asal Cina. Pabrik ini akan memproduksi baterai Lithium Ferro-Phosphate (LFP) yang lebih murah. Lalu, Volkswagen dan Tesla juga sedang mengembangkan kendaraan listrik murah dengan harga 25.000 euro atau sekitar Rp 400 jutaan.
DICKY KURNIAWAN | REUTERS
Pilihan Editor: Hidrogen Hijau Diklaim Akan Jadi Bahan Bakar di Masa Depan
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto